• Kitab Amsal

  • Martin Luther

  • Enter Slide 3 Title Here

About

Wednesday, May 1, 2013

Amsal 3


Berkat Hikmat
Bapa mendorong anak untuk mengejar didikannya, ketika ia menguasainya, tidak diperbolehkan untuk meninggalkannya. Jika anak melaksanakannya, ia akan menemukan upah yang besar, dalam artian kesehatan, keamanan, dan kekayaan. Terdapat kesulitan dalam mengetahui bahwa ketika mengalami penderitaan adalah untuk mengajari kita atau ada hal lain di belakangnya. Penulis Amsal sangat sadar bahwa melalui penderitaan seringkali membawa kita lebih dekat kepada Tuhan.
 
Amsal 3:1 Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,

Bagian ini dimulai dengan seruan kepada anak untuk memperhatikan ajaran dan perintah bapanya. Kita telah membicarakan pentingnya ajaran dan perintah bapa . Apa yang menjadi sumber ajaran maupun perintah bapa? Apakah berbeda dari hukum yang ada pada "Pentateuk" ? Anggapan kita bahwa ajaran maupun perintah yang bapa inginkan supaya anak menaatinya berasal dari pengajaran orang tua yang bergantung pada hukum pentateuk. Hukum-hukum ini tidak boleh dilupakan, dalam arti lain mengingatnya, dan mengingat segala sesuatu dari PL berarti lebih dari pada sekedar ingatan secara sadar. Mengingat, atau tidak melupakan berarti juga menaati. Ketaatan anak lebih dari masalah yang dangkal seperti pada ayat di atas kolom kedua, di mana di hatinyalah berdiri inti kepribadiannya yang melindungi perintah. Melindungi berarti mengamati perintah-perintah yang telah tertanam dalam hati anak.


Amsal 3:2 karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.

Motivasi atas ketaatan dapat dalam bentuk upah / hadiah. Menaati perintah akan menyebabkan umur yang panjang. Perintah-perintah tersebut adalah bagian kecil pedoman hidup yang sehat. Semua hal akan seimbang, bagi orang-orang yang mengikuti jalan hidup Tuhan seperti yang diajarkan oleh bapa yang bijak akan hidup lebih lama daripada orang-orang yang berlagak mengikutinya. Namun hal ini lebih dari sekedar umur panjang yang diperlihatkan di sini. Hidup yang panjang dengan penuh penderitaan atau perjuangan bukanlah sesuatu hal yang menjadi upah. Bapa menambahkan kualifikasi bahwa hidup yang panjang dari anak yang taat akan dicirikan dengan "damai". Damai berarti lebih dari sekadar ketiadaan perjuangan; tetapi menunjuk kepada keadaan hidup yang berharga dan penuh arti.

Amsal 3:3 Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
Ayat ini merujuk kepada peringatan. Bapa terus menuntut untuk hidup dengan kasih dan setia. Ia meminta anak mengikat kasih dan setia pada lehernya dan menuliskannya pada loh hatinya. Mungkin pada leher disebutkan di sini karena ketidaktaatan dapat digambarkan sebagai leher yang keras. Loh hati adalah ungkapan hukum yang menunjuk kepada internalisasi perintah Tuhan dalam hidup, jadi bukan hanya tindakan namun juga motivasi yang suci.

Amsal 3:4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.

Ayat ini dapat dimengerti sebagai konsekuensi ketaatan. Sebagai upah ketaatan, Tuhan dan manusia akan menghormati orang yang mendapat kasih dan penghargaan. Orang-orang tersebut akan dihormati dan dicari atas hikmat mereka.

Amsal 3:5-6 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

Lagi-lagi bapa memperingatkan anak untuk percaya kepada TUHAN. Percaya kepada TUHAN menyatakan bahwa orang tidak akan  mempercayai kemampuannya sendiri. Orang yang memiliki pengertian yang kurang akan terbuka terhadap kekuatan dan hikmat Tuhan, yaitu panduan hidup yang lebih baik. Jika orang tahu Tuhan ada dalam jalannya, orang itu akan tentunya adalah orang yang benar, dan Ia akan menjaga orang itu agar tetap di jalan yang lurus.

Amsal 3:7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
Dengan kata lain anak tidak diperbolehkan bergantung pada pengertiannya sendiri. Jika ia berpikir bahwa ia bijak, maka ia akan mencoba melakukan segala hal dengan dengan kemampuannya sendiri, yang mana tidak akan cukup. Kebalikan dari hal itu adalah takut akan Tuhan yang akan mengembalikan anak pada pandangan yang benar dan secara alami akan menjauhi kejahatan.
Amsal 3:8 itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.
Jika orang-orang takut akan Tuhan, menghindari kejahatan, dan tidak menganggap diri bijak, maka mereka akan disembuhkan dan disegarkan. Namun ini bukanlah janji tetapi adalah kebenaran, segala sesuatu saling menyeimbangkan. Hal ini akan menciptakan dorongan untuk melakukan hal yang benar.  
Amsal 3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

Orang dapat menunjukkan bahwa mereka mempunyai kelakuan yang benar terhadap TUHAN, dalam mempercayai dan takut kepada-Nya, jika mereka bersedia memberikan bagian dari kekayaan mereka.
Amsal 3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Akibat dari menaati peringatan pada ayat 9 akan membuahkan upah pada ayat 10. Kita harus mencatat bahwa proses bertambahnya kekayaan tidaklah secara eksplisit, namun kita harus menyadari bahwa Tuhanlah di belakang kelimpahan itu.

Amsal 3:11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
Bapa mengakhiri dengan peringatan terakhir untuk tidak menolak peringatan TUHAN. Orang bijak ingin memperbaiki pikiran dan tindakan mereka yang salah, hanya orang bodoh yang menolaknya. Di sini bapa bertindak sebagai orang bijak dan menyampaikan didikan Tuhan. 
Amsal 3:12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Tuhan ingin agar orang-orang-Nya tidak terus berkelakuan dan bersikap yang merusak diri sendiri. Seperti seorang bapa yang hadir memperlakukan anaknya dengan baik. Ajaran, walaupun menyakitkan juga dapat dilihat sebagai perlakuan yang baik, tanda anugerah.

Thursday, April 11, 2013

95 Dalil Martin Luther

Sanggahan terhadap Kekuasaan dan Pengaruh Surat Pengampunan Dosa (Indulgensia).
Oleh Dr. Martin Luther.


Berasal dari cinta dan kepedulian terhadap kebenaran dan untuk menyatakan kebenaran itu, dalil-dalil berikut akan didiskusikan secara terbuka di Wittenberg di bawah pimpinan Bapa Martin Luther, imam dari ordo Augustinus, Magister dalam Ilmu-Ilmu dan Magister dalam Teologia Sakral, dan yang adalah Pengajar untuk hal-hal tersebut di sana. Beliau meminta agar siapa pun yang tidak dapat hadir secara pribadi untuk memperdebatkannya secara lisan dapat melakukannya melalui tulisan. Dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.


  1. Ketika Tuhan dan Tuan kita, Yesus Kristus, mengatakan “Bertobatlah”, Dia memanggil supaya segenap kehidupan setiap orang beriman menjadi suatu pertobatan yang satu dan sungguh.
  2. Seruan tersebut tidak dapat ditafsirkan sebagai suatu acuan kepada sakramen-sakramen penyesalan, yaitu pengakuan dosa dan penguatan yang dilaksanakan oleh imam.
  3. Walaupun demikian artinya tidak terbatas pada penyesalan di hati belaka; karena penyesalan yang demikian tidaklah berguna jika tidak menghasilkan tanda-tanda jasmani yang nyata dalam berbagai penyangkalan kedagingan.
  4. Hukuman terhadap dosa itu sama dengan membenci diri, karena inilah pertobatan hati yang sesungguhnya, yang berlangsung terus hingga kita memasuki kerajaan surga.
  5. Paus berdasarkan kekuasaan diri sendiri dan berdasarkan dalil-dalil yang telah ditetapkan menjalankan hukuman. Di luar itu ia tidak menghendaki maupun mempunyai kemampuan untuk meniadakan hukuman.
  6. Paus tidak dapat mengampuni dosa, tetapi hanya menyatakan dan meneguhkan bahwa itu telah diampuni oleh Allah; atau, sebanyak-banyaknya, ia dapat menguranginya dalam hal di mana ia berwenang. Melampaui ini, dosa itu tak terjamah.
  7. Allah tidak pernah mengampuni kesalahan seseorang tanpa, pada saat yang sama, membuatnya dengan rendah hati taat kepada pendeta, yang adalah wakil-Nya.
  8. Hukum-hukum pertobatan hanya dapat diterapkan kepada mereka yang masih hidup, dan, menurut hukum-hukum itu sendiri, tak ada yang dapat diterapkan kepada orang mati.
  9. Karena itu, Roh Kudus, bertindak melalui paus, menyatakan anugerah kepada kita, dalam hal peraturan-peraturan kepausan selalu gagal diterapkan pada kematian, atau dalam hal sulit lainnya.
  10. Adalah sesuatu yang salah ketika para pendeta menyatakan hilangnya hukuman atas orang mati di api penyucian dosa.
  11. Ketika hukuman yang ditetapkan dengan peraturan gerejawi diubah dan disesuaikan untuk menunjang api penyucian dosa, jelas itu merupakan ilalang yang ditaburkan ketika para kardinal tidur nyenyak.
  12. Dahulu, sanksi-sanksi gerejawi dinyatakan, bukan setelah, melainkan sebelum pengampunan dinyatakan; dan itu dimaksudkan sebagai ujian kesungguhan pertobatannya.
  13. Kematian membebaskan seseorang dari peraturan gerejawi; bahkan orang-orang yang sekarat sudah mati bagi tata gereja dan tidak lagi terikat olehnya.
  14. Orang sekarat yang kurang kasih mempunyai rasa takut yang sangat besar, yang semakin besar seiring dengan berkurangnya kasih.
  15. Ketakutan yang sedemikian ini pada dirinya sendiri sudah cukup, dengan tidak menyebutkan hal lainnya, sebagai hukuman pada api penyucian dosa, karena ketakutan yang demikian tidaklah berbeda jauh dengan ketakutan yang menyebabkan keputusasaan.
  16. Ada perbedaan yang sama antara neraka, api penyucian dosa, dan surga sebagaimana yang ada di antara keputusasaan, ketidaktentuan, dan jaminan.
  17. Sebenarnya, kesakitan jiwa-jiwa dalam api penyucian dosa seharusnya dikurangi dan secara sebanding cinta kasih ditambahkan.
  18. Terlebih lagi, tak dapat dibuktikan, berdasarkan akal budi maupun Kitab Suci, bahwa jiwa-jiwa ini berada di luar adanya jasa baik, atau tak dapat bertumbuh dalam anugerah.
  19. Tidak terbukti juga tampaknya bahwa mereka yakin dan terjamin atas keselamatan, bahkan bila kita sendiri sangat meyakininya.
  20. Karena itu sang paus, dalam hal penghapusan semua hukuman, tidak memaksudkan "semua" dalam arti yang ketat, tapi hanya hukuman yang dijatuhkan oleh dirinya sendiri.
  21. Karena itu mereka yang mengajarkan adanya surat pengampunan dosa bersalah ketika mereka mengatakan bahwa manusia dilepaskan dan diselamatkan dari semua hukuman dosa dengan surat pengampunan dosa sang paus;
  22. Sesungguhnya, ia tak dapat meniadakan kepada jiwa-jiwa di api penyucian dosa hukuman apa pun yang dinyatakan oleh peraturan gerejawi harus diderita dalam kehidupan sekarang ini.
  23. Jikalau pun ada orang yang kepadanya dapat dianugerahkan peniadaan hukuman, itu hanya akan terjadi dalam hal-hal yang paling sempurna, yang teramat jarang.
  24. Karena itu tentunya sebagian besar orang telah tertipu oleh janji muluk pembebasan dari hukuman dosa.
  25. Kekuasaan yang dimainkan paus atas api penyucian dosa secara umum juga dimainkan oleh kardinal dalam keuskupannya dan imam dalam jemaatnya.
  26. Baik sekali jika paus menganugerahkan pengampunan kepada jiwa-jiwa di api penyucian dosa dengan syafaat bagi mereka, dan tidak dengan kuasa pemegang kunci (yang memang tidak dimilikinya).
  27. Tidak ada otoritas ilahi atas pengajaran bahwa jiwa yang bersangkutan keluar dari api penyucian dosa pada saat uang pembayaran bergemerincing di dasar peti uang pembayaran.
  28. Tentunya mungkin bahwa ketika uang bergemerincing di dasar peti uang ketamakan dan cinta uang bertambah; tapi ketika gereja mempersembahakn syafaat, semuanya bergantung kepada kehendak Allah.
  29. Siapa yang mengetahui kebenaran cerita-cerita aneh St. Senetinus dan St. Paschal tentang apakah semua jiwa yang ada di api penyucian dosa mau ditebus? (Catatan: Paschal I, paus 817-24. Legenda mengatakan bahwa ia dan Severinus berkenan menanggung sakitnya api penyucian dosa bagi orang-orang beriman.)
  30. Tak seorang pun yang mengetahui kesungguhan pertobatannya, apalagi pengampunan keseluruhan dosanya.
  31. Orang yang dengan tulus hati membeli surat pengampunan dosa sedikit sekali, sebagaimana sedikitnya orang yang mengakui dosanya dengan tulus hati.
  32. Setiap orang yang percaya atas keselamatan mereka berdasarkan surat pengampunan dosa, akan dihukum dalam kekekalan, bersama dengan guru-guru mereka.
  33. Kita harus berhati-hati terhadap orang-orang yang mengatakan surat pengampunan dosa dari paus adalah hadiah ilahi yang tak terkira, dan melaluinya manusia didamaikan dengan Allah;
  34. Karena, anugerah yang dinyatakan oleh surat-surat itu hanya berhubungan dengan hukuman-hukuman sakramental “pengakuan dosa” yang ditetapkan oleh manusia semata.
  35. Mengkhotbahkan dan mengajarkan bahwa mereka yang membeli jiwa-jiwa, atau surat pengakuan tidak perlu bertobat dari dosa-dosa mereka, tidak sesuai dengan doktrin Kristen.
  36. Orang Kristen manapun, yang benar-benar bertobat, menikmati pengampunan sepenuhnya dari hukuman dan kesalahan, dan ini diberikan kepadanya tanpa surat pengampunan dosa.
  37. Orang Kristen manapun, hidup maupun mati, turut ambil bagian dalam semua keuntungan Kristus dan Gereja; dan keturutsertaan ini dianugerahkan kepadanya oleh Allah tanpa surat pengampunan dosa.
  38. Namun demikian pengampunan paus tidak dapat dipandang rendah, karena sebagaimana dikatakan, paus menyatakan pengampunan ilahi.
  39. Adalah sangat sulit, bahkan untuk teolog yang paling terpelajar sekalipun, meninggikan surat pengampunan dosa, sementara, pada saat yang sama, mengakui perlunya pertobatan.
  40. Seorang petobat sejati mencari, dan rindu untuk menebus, hukuman dosanya; sedangkan surat pengampunan dosa menumpulkan kesadaran manusia, dan cenderung membuat mereka mencoba mengindari hukumannya.
  41. Surat pengampunan dosa kepausan hanya boleh diajarkan dengan hati-hati, agar jangan orang memperoleh pengertian yang salah, dan menganggapnya lebih penting daripada pekerjaan baik lainnya: kasih.
  42. Orang-orang Kristen seharusnya diajarkan bahwa paus sama sekali tidak memaksudkan pembelian surat pengampunan dosa dimengerti sebanding dengan pekerjaan anugerah.
  43. Orang-orang Kristen seharusnya diajarkan bahwa seseorang yang memberikan kepada orang miskin, atau meminjamkan kepada yang memerlukan, melakukan sesuatu yang lebih baik daripada membeli surat pengampunan dosa.
  44. Karena, oleh karya kasih, kasih itu bertumbuh dan seorang manusia menjadi seseorang yang lebih baik; sedangkan, oleh surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi orang yang lebih baik, tetapi hanya lari dari hukuman tertentu.
  45. Orang-orang Kristen seharusnya diajar bahwa ia yang melihat orang yang berkekurangan, tetapi melewatinya walaupun ia membeli surat pengampunan dosa, tidak beroleh apapun dari pengampunan paus, tapi akan menerima murka Allah.
  46. Orang-orang Kristen seharusnya diajar bahwa, kecuali mereka memiliki lebih daripada yang mereka butuhkan, mereka harus membelanjakan hanya untuk kelangsungan rumah tangga mereka, dan tidak sepantasnya memboroskannya dalam surat pengampunan dosa.
  47. Orang-orang Kristen seharusnya diajarkan bahwa mereka seharusnya membeli surat pengampunan dosa secara sukarela, dan bukan dengan terpaksa.
  48. Kepada orang-orang Kristen seharusnya dibuktikan bahwa, dalam menganu-gerahkan surat pengampunan dosa, paus memiliki kepentingan, dan terlebih lagi hasrat, atas doa syafaatnya yang tekun dan bukan atas uang tunai.
  49. Orang-orang Kristen seharusnya diajarkan bahwa surat pengampunan dosa dari paus hanya berguna bila seseorang tidak bergantung padanya, tetapi akan sangat berbahaya bila melaluinya orang kehilangan rasa takutnya akan Allah.
  50. Kepada orang-orang Kristen seharusnya dibuktikan bahwa, bila paus mengetahui adanya pemerasan dalam penjualan surat pengampunan dosa, lebih baik baginya bila Basilika St. Petrus dihancurkan menjadi debu daripada dibangun dengan kulit, daging dan tulang domba.
  51. Kepada orang-orang Kristen seharusnya diperlihatkan bahwa paus bersedia, sebagaimana seharusnya bila memang diperlukan, menjual Basilika St. Petrus, serta memberikan uangnya dan juga uang pribadinya kepada orang banyak yang tertipu dengan membeli surat penghapusan siksa.
  52. Menggantungkan diri pada keselamatan berdasarkan surat penghapusan siksa adalah sia-sia sekalipun para wakil paus, bahkan paus sendiri, menjaminkan jiwanya keabsahan atas surat itu.
  53. Mereka yang melarang Firman Allah dikabarkan sama sekali di beberapa gereja, agar dapat mengabarkan surat penghapusan siksa adalah musuh Kristus dan paus.
  54. Firman Allah didera apabila dalam suatu khotbah waktu yang dialokasikan untuk surat penghapusan siksa sama atau bahkan lebih dibandingkan untuk Firman itu.
  55. Paus tidak dapat mengambil sudut pandang lain selain bahwa jika surat penghapusan siksa (hal yang sangat kecil) dirayakan dengan satu lonceng, perayaan, atau satu upacara, Injil (hal yang sangat besar) haruslah diajarkan sebanding dengan seratus lonceng, seratus perayaan, seratus upacara.
  56. Harta gereja, yang darinya surat penghapusan siksa dibagi-bagikan oleh paus, belum ditetapkan sepenuhnya dan tidak cukup dikenal di antara orang-orang Kristen.
  57. Bahwa harta ini setidaknya bukan harta duniawi nyata karena harta ini tidak demikian saja dibagi-bagikan, tetapi hanya dikumpulkan, oleh banyak pengajar.
  58. Harta itu bukan juga jasa baik Kristus dan orang-orang suci, karena tanpa paus sekalipun, jasa-jasa baik ini selalu mengerjakan karya anugerah dalam pribadi seseorang sambil menyalibkan kedagingan orang itu agar binasa.
  59. St. Laurensia berkata bahwa orang-orang miskin adalah harta gereja, tapi ia menggunakan istilah tersebut sesuai dengan konteks pengertian zamannya.
  60. Kami tidak asal bicara ketika mengatakan bahwa harta gereja adalah “kunci-kunci gereja” dan itu diurapi atas jasa-jasa baik Kristus.
  61. Karena jelas bahwa kuasa paus pun cukup untuk mengurangi hukuman dan kasus-kasus khusus.
  62. Harta Gereja yang sejati adalah Injil Suci tentang kemuliaan dan anugerah Allah.
  63. Memang harta ini dapat dianggat sangat tidak menyenangkan, karena membuat yang pertama menjadi yang terakhir.
  64. Di sisi lain, harta penyucian dosa menyenangkan, karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
  65. Karena itu kekayaan injil adalah jejaring yang, pada masa-masa yang lalu, mereka gunakan untuk memancing orang-orang kaya.
  66. Sedangkan kekayaan surat penghapusan siksa adalah jejaring yang mereka gunakan saat ini untuk memancing orang-orang kaya.
  67. Surat-surat penghapusan siksa, yang dipromosikan sebagai berkat terbesar, sebenarnya hanyalah alat untuk mengumpulkan uang.
  68. Bagaimanapun, surat-surat itu tidak dapat dibandingkan dengan anugerah Allah dan kasih sayang yang ditunjukkan di Salib.
  69. Para uskup dan pastor, karena ikatan dinas, diharuskan menerima dengan tulus dan hormat posisinya sebagai agen kepausan surat penghapusan siksa tersebut;
  70. Tapi mereka berada di bawah kewajiban yang jauh lebih besar yang harus ditaati dan dipelihara dengan seksama sehingga orang-orang ini tidak mengajar semau mereka sendiri dan bukannya apa yang ditugaskan paus.
  71. Biarlah orang yang menyangkal khasiat surat penghapusan siksa menjadi kutuk.
  72. Di sisi lain, diberkatilah dia yang berhati-hati terhadap bualan para penjual surat penghapusan siksa tersebut.
  73. Dengan cara yang sama, sang paus dengan baik mengucilkan mereka yang membuat rencana apapun terhadap kerusakan perdagangan surat penghapusan siksa.
  74. Sejalan dengan itu, orang-orang yang menggunakan surat penghapusan siksa berniat merusak kebenaran dan kasih yang kudus terlebih lagi harus dikucilkan.
  75. Bodohlah mereka yang berpikir surat pengampunan dosa dari paus memiliki kuasa yang demikian besar sehingga mereka dapat membebaskan seseorang bahkan bila ia telah melakukan yang tak terampuni dan menghujat ibunda Allah.
  76. Kami menyatakan yang sebaliknya, dan mengatakan bahwa pengampunan paus tidak mampu menghilangkan bahkan dosa yang paling remeh sekalipun selama kesalahan mereka sendiri diperhitungkan.
  77. Pernyataan bahwa St. Petrus sekalipun, jika ia sekarang adalah paus, dapat menganugerahkan karunia yang lebih besar, adalah penghinaan terhadap St. Petrus dan sang paus.
  78. Kami menyatakan yang sebaliknya, dan mengatakan bahwa ia, dan paus yang mana pun juga, memiliki anugerah yang lebih besar, yaitu: Injil, kekuasaan-kekuasaan rohani, karunia menyembuhkan, dsb., sebagaimana dinyatakan dalam I Korintus 12.
  79. Mengatakan bahwa nilai salib sebanding dengan kekuasaan kepausan adalah penghinaan terhadap salib Kristus.
  80. Para uskup, pastor, dan teolog, yang mengizinkan pengajaran semacam itu diberikan kepada umat harus mempertanggungjawabkannya kelak.
  81. Pengajaran tentang surat penghapusan siksa yang tak terkendali ini membuat bahkan orang-orang terpelajar pun sulit menjaga kehormatan paus dari tuduhan-tuduhan dusta, maupun dari kritikan para anggota jemaat yang awam;
  82. Mereka bertanya, misalnya: Kenapa paus tidak melepaskan semua orang dari api penyucian dosa atas nama kasih (hal yang paling suci) dan karena kebutuhan tertinggi jiwa mereka? Secara moral ini akan menjadi yang terbaik dari semua alasan. Sementara itu ia menebus jiwa dengan jumlah yang tak terhingga demi uang, hal yang paling dapat musnah, untuk membangun gereja St. Petrus, tujuan yang sangat sepele.
  83. Dan lagi: Kenapa upacara pemakaman dan peringatan orang-orang mati tetap diadakan? Dan kenapa paus tidak mengembalikan, atau setidaknya mengizinkan pengembalian, uang yang dibayarkan untuk keperluan ini, jika memang berdoa untuk jiwa-jiwa dari orang-orang yang telah meninggal itu salah?
  84. Dan lagi: Tentulah ini suatu jenis kasih sayang yang baru, di pihak Allah dan paus, ketika seorang pendosa, musuh Allah, diizinkan membayar sejumlah uang untuk menebus jiwa seorang saleh, sahabat Allah; sedangkan jiwa orang saleh yang terkasih itu tidak boleh ditebus tanpa pembayaran, walaupun demi cinta kasih dan tidak dapat ditebus semata-mata karena kebutuhannya akan penebusan.
  85. Dan lagi: Kenapa peraturan-peraturan penyesalan dosa, yang tidak dipraktekkan dan telah lama usang dan mati masih digunakan dalam mendenda sejumlah uang melalui surat penghapusan siksa seakan-akan seluruh peraturan itu masih berlaku?
  86. Dan lagi: Penghasilan paus saat ini lebih besar daripada orang kaya yang paling kaya sekalipun; mengapa ia tidak membangun Basilika St. Petrus ini dengan uangnya sendiri, malahan menggunakan uang para anggota jemaat yang miskin?
  87. Dan lagi: Apa yang dikurangi atau ditiadakan oleh paus kepada mereka yang memiliki penyesalan yang sempurna sehingga—atas dasar ketetapan paus—mempunyai hak atas pengampunan yang total?
  88. Dan lagi: Tentunya gereja akan mendapatkan kebaikan yang lebih besar jika paus menganugerahkan pengampunan, tidak sekali, seperti sekarang, tetapi seratus kali sehari, demi kepentingan orang-orang percaya.
  89. Apa yang dicari paus dengan surat penghapusan siksa bukanlah uang, tetapi keselamatan jiwa-jiwa; kalau demikian kenapa ia tidak menangguhkan surat-surat penghapusan siksa yang telah terlebih dulu dikeluarkan, dan tetap segigih sebelumnya?
  90. Pertanyaan-pertanyaan ini serius dan muncul dari kenyataan sehari-hari yang dihadapi orang-orang awam. Dengan menekan mereka menggunakan kekuatan yang ada, dan tidak menanggapinya dengan memberikan argumen, berarti memaparkan gereja dan paus menjadi cemoohan musuh-musuh mereka, dan tidak membahagiakan orang-orang Kristen.
  91. Jika karena itu, surat-surat penghapusan siksa dikhotbahkan sesuai dengan roh dan pikiran paus, segala kesulitan ini akan dengan mudah diatasi, dan bahkan, ditiadakan.
  92. Jauhlah, karena itu, nabi-nabi yang mengatakan kepada umat Kristus, "Damai, damai," di mana tidak ada damai.
  93. Celakalah, celakalah kepada semua nabi yang mengatakan kepada umat Kristus, "Salib, salib," di mana tidak ada salib.
  94. Orang-orang Kristen seharusnya didorong untuk giat mengikut Kristus, Kepala mereka, melalui hukuman, kematian, maupun neraka;
  95. Dan biarlah mereka dengan demikian menjadi lebih yakin untuk memasuki surga melalui banyak pencobaan daripada melalui jaminan-kedamaian yang palsu.

Tuesday, March 5, 2013

Martin Luther

Martin Luther (1483-1546), adalah seorang pastur Jerman, professor teologi, dan figur penting dalam reformasi. Ia merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Kekristenan ketika ia memulai Reformasi Protestan di abad 16. Dia mempertanyakan beberapa dasar doktrin Katholik Roma, dan pengikutnya dengan cepat memisahkan diri dari Gereja Katholik Roma untuk memulai tradisi Protestan.

Masa kecil:
Lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Saxony (sekarang Jerman bagian tenggara), bagian dari Kekaisaran Romawi Suci, anak dari  Hans and Margarette Luther dari kalangan buruh tani yang berhasil dalam pertambangan tembaga. Martin adalah nama baptisan yang diperolehnya karena hari pembaptisannya bertepatan dengan hari Santo Martin, pelindung kaum pengemis. Pada tahun 1484, keluarga Luther pindah ke Mansfeld. Ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Martin yang masih berusia 7 tahun untuk belajar di Mansfeld, lalu melanjutkan sekolahnya di Magdeburg pada usia 14 tahun. Namun Hans Luther memiliki rencana lain bagi Martin, ia ingin anaknya agar menjadi pengacara sehingga ia menarik Martin dari sekolah di Magdeburg dan mengirimnya ke sekolah baru di Eisenach. Pada tahun 1498, Martin Luther kembali ke Eisleben dan mendaftar ke sekolah, mempelajari tata bahasa, retorika, dan logika. Ia lalu membandingkan pengalaman ini terhadap penyucian dosa dan neraka. 

Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt, dan mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya (tata bahasa, logika, retorika, dan metafisika) pada 1505. Menuruti keinginan ayahnya, Luther mendaftar di sekolah hukum pada universitas yang sama tahun itu, tetapi dengan cepat ia keluar, karena percaya bahwa hukum melambangkan ketidakpastian. Luther mencari kepastian tentang kehidupan dan tertarik pada teologi dan filosofi, menampilkan ketertarikan khusus pada Aristotle, Wlliam of Ockham, dan Gabriel Biel. Ia sangat dipengaruhi oleh dua guru, Bartholomaeus Arnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter, yang mengajarkan Luther agar tidak percaya bahkan kepada pemikir besar dan menguji semua hal tentang dirinya sendiri melalui pengalaman. Filosofi terbukti tidak memuaskan, yang menawarkan kepastian tentang penggunaan akal budi tetapi tanpa mencintai Tuhan, yang Luther anggap lebih penting. Akal budi tidak dapat memimpin manusia kepada Tuhan, dan kemudian ia membuat hubungan cinta-benci dengan Aristotle melalui penekanan akhir pada akal budi. Bagi Luther, akal budi dapat digunakan untuk menanyakan manusia dan institusi, bukan Tuhan. Manusia dapat belajar tentang Tuhan hanya melalui Wahyu Allah, dia percaya, dan kitab suci menjadi bertambah penting baginya.

Kehidupan Martin Luther berubah ketika pada suatu hari di musim panas tahun 1505, saat ia sedang dalam perjalanan dari Mansfeld ke Erfurt terjebak serangan badai. Di suatu hutan dekat desa Stotternheim, petir menyambar di dekatnya, sehingga ia terlempar jauh akibat tekanan udara. Dalam ketakutan, ia berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Saya akan menjadi biarawan!". Badai mereda dan karena nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt pada 17 Juli 1505 (Banyak sejarahwan percaya bahwa tindakan Martin Luther bukanlah tindakan yang spontan, tetapi sudah terformula di benak pikirannya). Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, karena ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya. Luther juga didorong oleh rasa takut akan neraka dan murka Tuhan, dan merasa bahwa hidup di biara akan menolong dia menemukan keselamatan.

Martin Luther Masuk Biara:
Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada hidup membiara, dengan melakukan segala perbuatan untuk menyenangkan Tuhan dengan berpuasa, berdoa selama berjam-jam, berziarah, dan sering melakukan pengakuan dosa. Awal kehidupan membiara begitu sulit bagi Martin Luther, karena ia tidak menemukan pencerahan religius yang ia cari. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyuruhnya untuk memfokuskan hidupnya secara khusus pada Kristus dan kemudian hal ini akan menjadi petunjuk yang ia cari. Dia mengajarkan bahwa pertobatan tidak meliputi penebusan dosa atas usaha sendiri dan penghukuman tetapi lebih dari perubahan hati.
Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Pada 9 Maret 1508 ia mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab, dan gelar sarjananya dalam "Sentences"  karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan) pada 1509. Pada umur 27, Luther berkesempatan untuk menjadi utusan ke sebuah konferensi gereja di Roma. Ia menjadi lebih kecewa, dan sangat putus asa oleh kekekalan dan korupsi yang ia saksikan di sana di antara imam-imam Katholik. Sekembalinya ke Jerman, ia masuk ke Universitas Wittenberg dalam upaya untuk menekan kekacauan rohaninya. Pada 9 Oktober 1512 ia menerima gelar Doktor Teologi, dan pada 21 Oktober 1521 ia diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Luther menghabiskan karirnya di jabatan ini di Universitas Wittenberg.

Pencerahan Rohani:
Melalui studi kitab suci, Martin Luther akhirnya mendapatkan pencerahan rohani. Awal 1513, saat mempersiapkan bahan kuliah, ia membaca Mazmur 22,  yang menceritakan tangisan Kristus memohon pengampunan di kayu salib, tangisan yang sama dengan kekecewaan Luther terhadap Tuhan dan agama.  Luther mulai memahami inti teologi salib. Dua tahun kemudian, saat mempersiapkan bahan kuliah Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Konsep Kebenaran Allah sangat dominan dalam kitab Roma. Pertanyaan Luther dalam hati sanubarinya "Allah dengan kebenaran-Nya yang sempurna akan mengadili setiap orang. Bagaimana jika orang berdosa sesungguhnya tidak akan pernah memenuhi standard keadilan Allah supaya dibenarkan, meskipun orang berdosa tulus mencari-Nya?". Pertanyaan ini memberikan dilema yang luar biasa. Kebenaran Allah hanya akan mendatangkan kutukan dan hukuman bagi orang berdosa, tanpa terkecuali dirinya sendiri. Bahkan Luther menuliskan, "Meskipun aku hidup tidak bercela sebagai seorang imam, namun aku yakin bahwa aku tetap orang yang berdosa dan hati nuraniku sangat gelisah di hadapan Allah. Aku tidak percaya segala perbuatanku dapat menyenangkan Allah". Pada suatu malam sekitar akhir tahun 1514, Luther terpaku membaca "... orang benar akan hidup oleh iman" (Roma1:17). Tulisan Paulus ini menggetarkan hatinya dan Ia mendalami kalimat ini untuk beberapa waktu. Akhirnya ia menyadari bahwa kunci keselamatan rohani bukanlah takut akan Tuhan atau diperbudak oleh dogma religius tetapi adalah percaya bahwa oleh iman itu sendiri akan membawa keselamatan. Luther mengingat ajaran Agustinus tentang "Anugerah" yang pernah dibacanya. Doktrin "Anugerah" yang pernah dituliskan Agustinus dalam buku Confessions adalah salah satu ajaran penting yang telah begitu lama dilupakan gereja. Doktrin ini meyakini bahwa tidak ada satupun manusia berdosa mampu menyelamatkan dirinya. Hanya Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya. Pengampunan inilah yang disebut anugerah, suatu anugerah yang sebenarnya tidak layak diberikan kepada kita. Bahkan iman pun adalah pemberian Allah, bukan usaha dan keputusan manusia. Alkitab dan Agustinus telah "melahirkan" Luther kembali. Luther menyaksikan seluruh kegelisahan hatinya lenyap, "Seperti ada tertulis bahwa orang benar hidup oleh imannya. Ini membuat aku seperti dilahirkan kembali. Kini aku seakan berdiri di depan pintu gerbang surga dalam suatu terang yang baru. Kalau dulu aku membenci ungkapan 'Kebenaran Allah', maka sekarang aku mulai mencintai dan memujinya sebagai ungkapan yang paling manis..." Luther pun mulai melihat seluruh isi kitab suci dengan sudut pandang yang baru. Di periode ini ditandai perubahan besar dalam hidupnya dan gerakan Reformasi.

Lahirnya Reformasi:
Pada tahun 1510 sampai 1520, Luther mengajar Mazmur, kitab Ibrani, Roma, dan Galatia. Martin Luther mendalami studi Alkitab, terutama surat tulisan dari rasul Paulus, kebenaran Tuhan sejati dan Luther mendapatkan pengetahuan yang berlimpah bahwa ia "diselamatkan oleh anugerah melalui iman" itu sendiri (Efesus 2:8). Keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dari Tuhan. Oleh karena itu ia mulai melihat penggunaan istilah seperti penebusan dan kebenaran oleh Katholik Roma dalam cara yang baru. Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci, yang terpenting bagi Luther adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian anugerah Allah yang diperoleh hanya melalui iman dalam Yesus Kristus sang Mesias. Kebenaran wahyu Tuhan ini tidak hanya mengubah kehidupan Luther, tetapi juga akan mengubah arah sejarah gereja.

Pada tahun 1514, Martin Luther mulai melayani dengan menjadi pastor di gereja kastil Wittenburg. Ia berkotbah tentang Firman Tuhan kepada orang-orang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Pada masa ini, gereja Katholik melakukan kegiatan yang berlawanan dengan Alkitab dengan menjual Indulgensia.

Sementara itu, Paus Leo X membutuhkan dana untuk merenovasi Basilika St. Petrus. Kebetulan baginya, gereja memiliki sumber pemasukan yang besar atas penjualan indulgensia. Pada tahun 1516, Johann Tetzel, seorang imam Dominika ditugaskan oleh Gereja Katholik Roma untuk menjual indulgensia guna merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Dengan berkeliling ke kota-kota di Jerman, Tetzel dengan persuasif berusaha meyakinkan jemaat untuk membeli surat indulgensia. Kalimatnya yang terkenal dan sering diucapkannya, "Saat uang logam bergemerincing masuk kotak uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan."
 
Menurut teologi Katholik Roma bahwa iman saja tidak dapat membenarkan manusia, tetapi lebih bergantung pada iman yang melakukan amal dan berkelakuan baik secara aktif dapat menyelamatkannya. Berkelakuan baik dapat dilakukan dengan menyumbangkan uang kepada gereja. Mereka yang membeli surat indulgensia dijanjikan akan mendapatkan pengurangan hukuman atas dosa mereka, pengampunan dosa bagi sanak saudara yang berada di api penyucian, dan bisa juga untuk pengampunan penuh dari segala dosa. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati.

Pada 31 Oktober 1517, Luther memaku 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan terbuka bagi pemuka-pemuka gereja untuk memperdebatkan praktik penjualan indulgensia dan menggarisbesarkan doktrin Alkitab pembenaran oleh iman saja. Tindakan memaku 95 dalil ini menjadi saat yang menentukan dalam sejarah Kekristenan, yaitu simbol lahirnya Reformasi Protestan. Pada masa itu, adalah suatu kebiasaan bila ada topik yang hendak didiskusikan atau diperdebatkan maka seseorang bisa memakukan undangannya di pintu gereja Wittenberg. 95 dalil ini mengkritik keras indulgensia karena menyesatkan iman orang-orang. Luther juga mengirimkan salinan 95 dalil ini kepada Uskup Agung Albrecht dari Mainz, menghubunginya untuk mengakhiri penjualan indulgensia. Namun Uskup Agung Albrecht dari Mainz tidak membalas surat Luther yang berisi 95 dalil ini. Ia telah memeriksa dalil-dalil tersebut dan menyampaikannya ke Roma. Ia memerlukan pendapatan dari penjualan indulgensia untuk membayar dispensasi kepausan untuk masa jabatan lebih dari satu keuskupan. Dibantu dengan mesin cetak, salinan 95 dalil tersebar ke seluruh Jerman dalam dua waktu minggu dan ke seluruh Eropa dalam waktu dua bulan, serta mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada awal tahun 1519.

Penolakan Gereja Katholik Roma:
Pada tiga tahun berikutnya Paus Leo X menempatkan serangkaian teolog-teolog dan utusan-utusan kepausan untuk melawan Luther. Pertama, Sylvester Mazzolini, teolog dari Dominika menyatakan Luther sebagai bidat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga berkembanglah suatu pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia menjelaskan thesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Karena perlawanannya terhadap doktrin yang mendasari penjualan indulgensia, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Frederick 'si pemilih' membujuk Paus untuk memeriksa Luther di Imperial Diet Augsburg.

Gereja akhirnya mengambil tindakan untuk menghentikan perlawanan ini. Pada oktober 1518, pada pertemuan dengan Kardinal Thomas Cajetan di Augsburg, Martin Luther diperintah untuk menarik kembali 95 thesis oleh otoritas Paus. Luther mengatakan ia tidak akan menarik kembali 95 thesis jika Alkitab dapat membuktikan bahwa ia bersalah, dan menganggap bahwa Kepausan tidak memiliki otoritas dalam mentafsirkan Alkitab. Pertemuan ini diakhiri dengan pertengkaran mulut. Konfrontasi Luther terhadap gereja membuatnya menjadi musuh Paus, dan hal ini mengawali dikeluarkannya Martin Luther dari Gereja. Perintah Cajetan sesungguhnya adalah menangkap Luther jika ia tidak mau menarik 95 thesisnya, tetapi Cajetan kekurangan dukungan sarana di Augsburg, di mana Frederick telah menjamin keamanan Luther. 

Selama 1519, Martin Luther tetap mengajar dan menulis di Wittenberg. Pada bulan Juni dan Juli tahun itu, ia mengumumkan secara publik bahwa Alkitab tidak memberikan hak istimewa untuk mengtafsirkan kitab suci, ini merupakan serangan langsung terhadap otoritas Kepausan. Di tahun 1520, paus kehabisan kesabaran dan akhirnya pada tanggal 15 Juni mengeluarkan ultimatum untuk mengancam dikeluarkannya Luther. Pada 10 desember 1520, Luther membakar ultimatum itu di depan publik.

Dikeluarkannya Martin Luther:
Pada bulan Januari 1521, Martin Luther resmi dikeluarkan dari Gereja Katholik Roma. Pada bulan Maret, ia dipanggil menghadap Diet of Worms, sebuah sidang umum otoritas sekuler yang diresmikan oleh Kaisar Charles V. Johann Eck, berbicara atas nama Kerajaan sebagai asisten Uskup Agung Trier, menampilkan Luther dengan salinan tulisan-tulisannya diletakkan di atas meja dan bertanya kepadanya apakah salinan-salinan itu milik Luther dan apakah ia tetap berpegang pada isinya. Luther mengkonfirmasikan bahwa ialah penciptanya, tetapi meminta waktu untuk menjawab pertanyaan kedua. Ia berdoa, berkonsultasi kepada kawan-kawan, dan memberi jawabannya keesokan harinya. Luther tetap pada keputusannya, dan menuntut agar diperlihatkan Alkitab di bagian mana yang membuktikan bahwa ia salah, dengan mengucapkan kalimat yang sangat terkenal:
"Kecuali kalau aku diyakinkan oleh Kitab Suci atau oleh alasan yang jelas (karena aku tidak percaya baik kepada paus maupun majelis saja, seperti diketahui bahwa mereka sering saling keliru dan bertentangan antara mereka sendiri), Aku terikat oleh Alkitab dan kesadaranku ditawan oleh Firman Tuhan. Aku tidak dapat dan tidak akan menarik apapun, karena tidaklah baik ataupun berhak melawan hati nurani. Semoga Tuhan menolong saya. Amin."
Namun kesalahan Martin Luther tidak ditemukan. Pada tanggal 8 mei 1521, majelis mengeluarkan Edict of Worms, yang melarang tulisan-tulisan Luther dan menyatakan bahwa ia adalah sesat. Kemudian kawan-kawan Luther menolongnya untuk sembunyi di Kastil Wartburg.  Friends helped him hide out at the Wartburg Castle. Saat di pengasingan, Luther menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman agar orang-orang awam memiliki kesempatan membaca Firman Tuhan.

Pada bulan mei 1522, meskipun Martin Luther masih di bawah ancaman penangkapan, ia kembali ke Gereja Kastil Wittenberg, di Eisnach. Ajaibnya ia mampu menghindari penangkapan dan memulai pengorganisasian gereja baru, Lutheran. Ia memperoleh banyak pengikut dan mendapatkan dukungan dari pangeran-pangeran Jerman. Ketika pemberontakan petani dimulai (tahun 1524), Luther mengecam para petani dan bergabung dengan para penguasa, dimana ia bergantung agar gerejanya tetap bertumbuh. Ribuan petani terbunuh, tetapi gereja Luther bertumbuh tahun demi tahun.




Amsal 2

Faedah dari pada Menuntut Hikmat
Amsal pasal 2 ini berisi didikan yang berupa teguran yang menuntut hikmat dan berisi ceramah yang panjang dari seorang bapa kepada anaknya, dengan mendorong sang anak untuk mengejar hikmat secara aktif sehingga sang anak menemukan rasa takut akan Tuhan dengan segala kelakuan dan pengertian yang beretika. Hikmat ini akan menyelamatkan sang anak dari segala macam masalah dalam hidupnya, termasuk bahaya oleh wanita asing.
Untuk memudahkan dalam membaca pasal 2 ini, ayat-ayatnya dipecah menjadi beberapa bagian kalimat, diantaranya memiliki kalimat kondisional yang rumit (jika ... maka ...) diselingi klausa maksud (untuk) dan tujuan (kepada). Pasal 2 ini diakhiri dengan deklarasi bahwa siapa yang jujur atau tidak bersalah (orang yang mempeerhatikan kata-kata bapa dan menemukan rasa takut akan Yahweh), akan diperbolehkan untuk tinggal di tanah yang dijanjikan, tetapi siapa yang tidak demikian akan dihapus dari tanah yang dijanjikan.
Intisari:
pasal 2:1-8 adalah sang anak didorong untuk mendengarkan bapa agar menemukan rasa takut akan Yahweh dan menerima hikmat yang akan melindungi mereka.
pasal 2:9-15 berisi tentang hikmat yang memelihara kesadaran kepekaan etikal yang akan menjaga anak dari orang-orang jahat.
pasal 2:16-19 hikmat menjaga anak agar tidak terjerumus ke perempuan asing.
pasal 2:20-22 konsekuensi akhir; yang benar akan bertahan, dan yang fasik akan dibuang .

Amsal2 2:1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
Ayat ini dimulai dengan protasis (klausa 'jikalau') dari kalimat kondisional di mana bapa menunjukkan dan mendorong anaknya agar mendengarkan ajaran-ajarannya dan mengejar hikmat. Bapa menginginkan bahwa anaknya melakukan lebih dari sekedar mendengarkannya, yaitu kesediaan untuk menerima apa yang dikatakan bapa, tidak hanya untuk membuka pikiran. Kata 'perintah' secara khusus seringkali muncul dalam alkitab, dimana kata 'perintah' ini dihubungkan dengan hukum Allah.


Amsal 2:2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,
Orang mendengarkan menggunakan telinga, tetapi bapa membutuhkan tindakan sang anak yang lebih dari sekedar mendengarkan. Hati melambangkan kepribadian dan karakter seseorang. Meskipun hati merupakan keseluruhan dalam diri seseorang, pada keadaan tertentu ada penekanan pada kognitif. Telinga maupun hati menjadi sarana pengembangan internal maupun eksternal. Penerimaan terhadap pengajaran bapa melibatkan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mendengarkan; orang harus mengarahkan dirinya pada hikmat untuk mendapatkan manfaat darinya.

Amsal 2:3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
Bapa ingin agar anak mengambil langkah selanjutnya dalam mencari hikmat. Anak tidak hanya terbuka terhadap pengaruh hikmat yang datang kepadanya, tetapi anak harus juga mengejarnya secara aktif. Anak didorong untuk menggunakan suaranya untuk memanggil hikmat.

Amsal 2:4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,
Ayat ini menjelaskan jenis-jenis tindakan yang diinginkan oleh sang bapa terhadap anaknya untuk memperoleh hikmat dan menyampaikan perlunya peningkatan. Pencarian hikmat berhubungan dengan istilah "kepandaian" dan pengertian", tetapi pencariannya harus adalah pencarian yang sungguh-sungguh seperti mencari perak atau harta terpendam karena nilainya yang begitu penting. Melalui kitab ini, Hikmat dibandingkan dengan logam yang berharga.

Amsal 2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
Ayat ini membawa kita kepada apodosis (klausa 'maka'...) kalimat kondisional. Jika anak mengikuti didikan bapa seperti pada ayat 1-4 maka ia akan mengerti takut akan Yahweh dan menemukan pengetahuan akan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hikmat dan pertalian dengan Yahweh adalah suatu jalinan secara utuh.

Amsal 2:6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
Ayat 6-8 akan mendukung kalimat kondisional pada ayat 1-5 dengan klausa maksud yang panjang. Mencari hikmat, dan orang akan menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan, dan orang akan memperoleh hikmat. Ayat 6b mempertajam pikiran dalam ayat 6a yang mengatakan bahwa hikmat secara khusus berasal dari mulut Yahweh. Dalam hal ini bapa adalah juru bicara Yahweh, oleh karena itu kata-kata bapa yang tertulis dalam kitab Amsal adalah kata-kata dari mulut Yahweh.

Amsal 2:7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
Ayat 7 menguraikan manfaat dari memperoleh hikmat yang membawa seseorang ke dalam hubungan dengan Tuhan. Di sini orang bijak digambarkan sebagai orang yang jujur dan tak bercela, serta melakukan apa yang benar secara moral. Dalam konteks ini, mereka adalah orang yang memperhatikan perintah bapa dan memperoleh hikmat. Sedangkan orang-orang yang tidak bersalah hidupnya ditandai dengan kebenaran etikal dan taat hukum. Tuhan menyediakan pertolongan dalam bentuk kekuatan dalam diri yang menolong orang meloloskan diri dari kesulitan, dengan kata lain sebagai perisai yang melindungi sesorang dari kemalangan hidup. Jika masalah muncul, si penerima hikmat Tuhan akan memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut.

Amsal 2:8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
Ayat ini menyimpulkan bagian pembukaan pasal 2. Kata 'menjaga' adalah perluasan dari metafora perisai yang digunakan untuk menggambarkan pertolongan yang Tuhan berikan pada pengikut-pengikutnya. Kata 'jalan' dapat diartikan sebagai perjalanan kehidupan (berhubungan dengan keadilan dan kesetiaan), dan ayat ini menyatakan bahwa Tuhan melindungi perjalanan hidup orang-orang-Nya.

Amsal 2:9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.
Apodosis dalam ayat ini berfokus pada kepekaan moral yang merupakan hasil dari menganut didikan bapa yang menuntun kepada hikmat dan pengetahuan akan Tuhan. Hikmat membawa pencerahan etikal, pengertian akan kebenaran, keadilan, dan kejujuran.

Amsal 2:10-11 Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.
Ayat ini merupakan tujuan kedua dari Amsal 2:6 dan merupakan alasan untuk kepekaan moral. Hikmat dan pengetahuan akan menjadi bagian yang integral dari karakter anak. Ayat 11 menggambarkan fungsi perlindungan dari hikmat, yaitu kualitas pikiran yang positif melalui konsekuensi tindakan daan pemilihan jalan integritas.

Amsal 2:12-15 supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, dari mereka yang meninggalkan jalan lurus dan menempuh jalan yang gelap; yang bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat, yang berliku-liku jalannya dan sesat perilakunya;
Anak sudah mendengar peringatan mengenai orang-orang jahat yang dapat mendatangkan malapetaka dalam hidup. Hikmat di sini berjanji untuk menjauhkan anak-anak yang bijak dari kelompok orang jahat. Orang-orang jahat ini tidak hanya berkata dan berbuat jahat atau bahkan tipu muslihat, mereka juga menikmatinya. Kata 'tipu muslihat' sering digunakan berlawanan dengan keimanan dan kebenaran. Berkata ataupun berbuat tipu muslihat berarti berkata ataupun berbuat sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran dan melawan perintah bapa maupun Tuhan sendiri.

Amsal 2:16-19 supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya; sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, jalannya menuju ke arwah-arwah. Segala orang yang datang kepadanya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan.
Ayat ini berkaitan dengan ancaman lainnya terhadap anak, yaitu perempuan jalang. Peringatan terhadap perempuan jalang/asing dilengkapi dengan nasihat untuk memperoleh hubungan yang sehat dan vital dengan istri. Lebih jauh, persaingan akan kasih sayang antara perempuan jalang/asing dengan istri yang saleh bercermin pada Perempuan Berhikmat dengan Perempuan Bodoh. Kata "jalang" dan "asing dalam bahasa Ibrani dapat dimengerti dalam beberapa cara. Kata asing dapat dilihat dari keinginannya berjalan di luar batas moral, hukum, dan adat-istiadat. Ketiadaan batasan-batasan ini dikarenakan kegagalan dalam menghargai komitmen hubungan cintanya pada waktu mudanya sama seperti gagalnya perjanjian kepada Tuhannya. Pada kalimat pertama ayat 17 menuduhnya tidak  mempertahankan janji pernikahannya, hubungan cinta di sini yang dimaksud adalah pernikahannya. Dengan melakukan perzinahan, dia telah melanggar perjanjiannya dengan Tuhan. Dengan fakta bahwa dia memiliki perjanjian dengan Allah, hal ini dapat lebih jauh dilihat adalah wanita penggoda, bukan orang asing. Wanita penggoda merayu pria-pria dengan kata-kata rayuan dan penampilan menariknya. Perempuan ini begitu memikat, tetapi sangat-sangat berbahaya. Ayat 18-19 menjelaskan konsekuensi berelasi dengan perempuan yang tidak taat hukum, yang menuju tempat arwah-arwah. Jalannya menuju kematian dan jauh tidak mencapai kehidupan. "Rumahnya hilang tenggelam..." dapat diartikan sebagai gambaran bahwa ia tidak hanya perempuan itu saja yang menuju kematian, tetapi semua yang dimiliki dan berhubungan dengannya.

Amsal 2:20-22 Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.
Tiga ayat terakhir ini merupakan puncak kesimpulan dari pasal 2. Ayat 20 mengembalikan pikiran bahwa penerimaan hikmat akan menjaga orang agar tetap pada jalan yang benar. Anak tidak akan melalui jalan ini sendiri, karena di jalan ini ada orang-orang yang baik dan benar. Dua ayat terakhir adalah konsekuensi akhir dari dua jalan, dimana tidak ada jalan tengah atau jalan abu-abu. Orang-orang yang jujur dan tak bercela akan bertahan. Sedangkan orang-orang fasik dan pengkhianat akan dibuang. Ayat ini seperti perjanjian berkat dan kutuk. Dalam pasal 2, bapa memberikan argumen yang kuat dan memohon dengan berapi-api agar anak menerima hikmat yang dimulai dengan takut akan Tuhan. Hanya dengan cara ini anak akan terhindar dari ancaman kehidupan dan melanjutkan kehidupan jauh dari kematian.

Implikasi Teologi
Pasal ini merupakan daya tarik oleh bapa terhadap anak agar memperoleh hikmat. Daya tarik ini memiliki sisi paradoks: Hikmat adalah sesuatu yang harus anak dapatkan dengan kerja keras, namun Hikmat itu adalah anugerah dari Tuhan. Analogi terhadap paradox ini dapat kita temukan pada kitab lainnya, yaitu pada waktu peperangan Yerikho dan pertempuran Daud melawan Goliath mengilustrasikan prinsip ini dengan baik. Orang-orang Israel harus berperang seperti yang dinstruksikan dan diperintahkan Tuhan, ketika menang mereka tidak memuji kekuatan mereka sendiri, namun bersyukur kepada Tuhan yang telah mengizinkan mereka untuk menang.
Analogi juga merupakan pusat iman Kristen. Seperti kata Paulus pada umat di Filipi 2:12-13. Kita bekerja keras atas keselamatan kita, tetapi pada akhirnya kita harus menyadari bahwa keselamatan itu adalah pemberian anugerah Tuhan dan kita harus bersyukur pada-Nya.

Filipi 2:12-13 : Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible

Friday, February 1, 2013

Amsal 1

Pendahuluan Amsal (Amsal 1:1-7)
Amsal 1:1 Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel.
Pada ayat pertama ini merupakan perkenalan nama pengarang kitab Amsal, di mana perkenalan nama sering juga muncul pada kitab lainnya.

Amsal 1:2 untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna,
"Hikmat" berarti ahli dalam pemahaman, keterampilan, dan piawai. Hikmat juga termasuk keterampilan dalam kehidupan mengikuti peta dan teladan Allah dan menghindari kejatuhan moral. Sementara "didikan" berarti perintah atau sarana penting menuju hikmat. Untuk menerima didikan memerlukan jiwa yang rendah hati mau tunduk dan taat, mendengar dengan seksama lalu menerimanya, mencintainya, menghargainya lebih tinggi dari uang, dan menolak melepaskannya. "Kata-kata yang bermakna" berasal dari pengertian yang bermula dari mengetahui dan melihat melalui pikiran, yang mana dapat kita pelajari dari kata-kata bermakna yang ada dalam pengajaran Salomo dalam kitab Amsal ini. Kata-kata yang bermakna ini juga dapat diartikan sebagai penilaian dan pemikiran yang benar.

Amsal 1:3 untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran,"Didikan yang menjadikan pandai" dalam terjemahan bahasa inggris "teaching of insight" yang dapat kita juga artikan menjadi "pendidikan pengertian". Maksud yang ingin disampaikan adalah pendidikan pengenalan akan natur yang benar dari suatu situasi dan keadaan sehingga menghasilkan pengertian seperti: pandai dalam bersikap dan berpikiran sehat, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam banyak situasi. "Kebenaran" dapat digambarkan sebagai suatu pola yang hendaknya menjadi pola yang kita pakai dalam hidup kita. "Keadilan" akan tercipta ketika kebenaran dan kejujuran dilakukan.

Amsal 1:4 untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.Ayat ini ditujukan kepada orang yang berpikiran sederhana, contohnya seperti orang yang tidak berpengalaman atau naif, mudah tertipu, mudah terayu, dan mudah dicobai. Tetapi orang-orang ini merupakan orang yang paling tidak merusak dan tidak berbahaya karena pikiran negatifnya, karena mereka mempunyai kemampuan untuk memperbaiki atau memperbaharui diri dan dapat bekerja sama dalam lingkungan yang bijak. Orang yang berpikiran sederhana ini lebih baik daripada orang bodoh atau pencemooh, karena mereka lebih dapat menerima didikan dengan harapan hikmat menjadi bagian dari kecerdasan. "Kecerdasan" di sini dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan jawaban dan kecerdasannya untuk mendapatkan suatu tujuan, dalam konteks takut akan Allah, untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan, mampu menimbang-nimbang sebelum memutuskan suatu keputusan dengan kepala dingin. Suatu kecerdasan membutuhkan moral yang logis. Selain itu, ayat ini juga ditujukan kepada orang-orang muda (belum dewasa) yang membutuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang ada di dalam kitab Amsal. Orang muda yang dimaksud di sini dimulai dari masa kanak-kanak (berdasarkan kebudayaan orang Ibrani, anak-anak berusia 0-17 tahun, orang muda berusia 17-30, dan orang tua berusia 30 ke atas). Pada masa mudalah dimana berada di ambang kedewasaan sehingga penting baginya untuk memperoleh pengetahuan yang bijak. "Kebijaksaan" adalah bagian dari kemampuan menjalankan kehidupan dengan cara yang konstruktif dan melepaskan diri dari jalan yang jahat.

Amsal 1:5 baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan. 
Ayat ini ditujukan kepada orang yang bijak, berbeda dari kategori yang telah kita perhatikan sebelumnya yaitu orang yang berpikiran sederhana atau orang muda. Hati orang bijaksana tentunya sudah pasti mencintai Tuhan, orang-orang bijaksana, dan pengajaran-Nya. Orang yang bijak bersifat mudah diajar, mencari pengetahuan, dan menyimpannya. Ayat permulaan ini mengingatkan pembaca bahwa bahkan orang yang lebih berpengalaman dapat memperoleh keuntungan dari refleksi pengajaran yang diberikan, sehingga dapat membangun dan meningkatkan struktur kehidupan yang telah dimiliki oleh orang itu. Hikmat yang diperlukan dalam sehari-hari adalah bijaksana dalam mendengar (Amsal 13:1), bijaksana dalam menasehati (Amsal 12:5), dan bijaksana dalam menerima perintah (Amsal 10:8). Orang bijak selalu berjalan dalam kebijaksanaan secara berkesinambungan dalam hidupnya, dimana orang bijak ini selalu membagi-bagikan pengetahuannya dan menjadi bak air terjun kehidupan yang mengaliri lingkungan sekitarnya. Dari semua karakter ini bersumber dari takut akan Tuhan dan meninggalkan yang jahat karena semua bijaksana bersumber dari Tuhan. "Bahan pertimbangan" dalam terjemahan bahasa inggris "guidance" bisa diartikan juga sebagai "arahan" atau " bimbingan".

Amsal 1:6 untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. 
Orang yang bijak dapat meningkatkan hikmat mereka dengan membaca tulisan ayat-ayat dalam amsal ini. Hikmat yang dimaksud terdiri dari amsal, ibarat, perkataan-perkataan bijak, dan teka-teki. "Amsal" banyak menggunakan persamaan dan metapora yang sulit dimengerti untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran yang penting. "Ibarat" berisi pepatah yang sarat dengan sindiran dan sarkasme. "Perkataan orang bijak" kemungkinan tidak mengarah kepada perkataan-perkataan biasa sebanyak seperti yang tertulis dalam kumpulan hikmat. "Teka-teki orang bijak" berisikan misteri dan ambigu yang sulit dimengerti. Contoh teka-teki ini terdapat dalam kitab Hakim-hakim 14:14 mengenai teka-teki di hari perkawinan Simson.
Hakim 14:14 "Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu."

Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Akhir dari ayat pendahuluan Amsal ini adalah tujuan dan keistimewaan dari keseluruhan kitab ini yaitu kebenaran yang paling dasar. Kalimat "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan" mengakui bahwa tidak ada pengetahuan yang terpisah dari kelakuan dan hubungan yang baik kepada Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan reaksi yang sudah seharusnya diberikan kepada supremasi Tuhan dan kekudusan-Nya. Takut akan Tuhan adalah dasar dari segala pengetahuan yang disebut juga hikmat. Pengetahuan yang dimaksud adalah mengetahui bahwa tidak ada pengetahuan akan kebenaran yang tanpa mengarah kepada Tuhan. Banyak Amsal di pasal-pasal berikutnya berisi pengalaman, pengamatan, maupun jawaban manusia sebagai dasar nasehat. Kata "takut" di sini menuntut kelakuan yang baik dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu "hormat". Dasar janji manusia untuk takut akan Tuhan adalah sepenuhnya tunduk kepada-Nya dan sadar atas ketergantungannya kepada-Nya. "Tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan", orang-orang ini tentunya tidak mempunyai pengetahuan atau pemahaman tentang apapun. Bahkan ada orang-orang pintar yang tidak peduli dan bertentangan dengan Tuhan baik pada zaman dahulu maupun zaman modern ini. Oleh karena itu mereka tidak dapat melihat gambaran yang lebih besar mengenai siapa yang menciptakan dunia ini. Pengetahuan akan kebenaran dimulai dari pengetahuan bahwa segala sesuatu diciptakan dan ditopang oleh Tuhan dan Dialah yang memberikan pengetahuan baik melalui wahyu maupun pengalaman, pengamatan, dan jawaban. Inilah yang disebut dengan "Pendahuluan Pengetahuan". Amsal dan Alkitab merupakan satu keseluruhan, jangan pernah mencoba membuktikan keberadaan Tuhan, dimana lebih menghadirkan keberadaan Tuhan sebagai presuposisi yang nyata dalam sejarah dan ciptaan. Secara lengkap ayat ini dapat kita lihat hubungan antara hikmat dan menaati hukum Allah. Orang takut akan Allah akan menaati hukum-Nya, yaitu hikmat.

Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga refleksi hikmat ilahi.

Nasihat dan Peringatan (Amsal 1:8-19)
Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga refleksi hikmat ilahi.

Amsal 1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu
Keterlibatan orang tua baik ayah maupun ibu dalam mendidik anaknya disebutkan pada ayat ini. "Anakku, dengarkanlah didikan ayah", kata 'dengarkanlah' dalam bahasa Ibraninya mempunyai arti lebih dari sekedar hanya mendengarkan; yaitu “patuh” atau “disiplin”. Anak harus berkelakuan sesuai dengan didikan yang diberikan, bukan hanya mempelajarinya mentah-mentah. Anak tidak boleh menyia-nyiakan ajaran ibu, melainkan melaksanakannya, baik ajaran-ajaran umum maupun ajaran-ajaran lain yang tidak ditujukan secara khusus ke hukum taurat.

Amsal 1:9 sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu
Ayat ini menggambarkan metafora perbandingan antara nasihat orang tua dan perhiasan, dimana hikmat itu mengakibatkan bertambahnya kekayaan.

Amsal 1:10-14 (10) Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut; (11) jikalau mereka berkata: "Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak semena-mena; (12) biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur; (13) kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan; (14) buanglah undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian."
Ayat 10 adalah peringatan kepada sang anak untuk menjauhi para pendosa terutama terhadap bujukannya. Bujukan di sini mengarah pada orang yang tak berpengalaman, karena lebih mudahnya mereka terpengaruhi. Contohnya adalah orang-orang yang berusaha untuk membuat kita untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Bagi orang yang tidak berpengalaman akan lebih terpengaruh ataupun menurut untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Dalam Ayat 11 lebih jelas para pendosa ingin sang anak melakukan serangan yang mematikan kepada orang-orang yang tak bersalah hanya untuk bersenang-senang bahkan untuk keuntungan semata dengan mengorbankan orang lain (ayat 13 & 14).

Amsal 1:15-19 (15) Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka, (16) karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah. (17) Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap, (18) padahal mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri. (19) Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya.
Orang tua tidak ingin agar anaknya mengikuti jejak para pendosa yang menyia-nyiakan hidupnya yang akhirnya akan menghancurkan hidup mereka sendiri. Mereka berjalan pada jalan yang jahat untuk tujuan yang rendah dengan melakukan kekerasan dengan menumpahkan darah. Hal ini menuju kepada kesia-siaan dimana mereka akan memakan perangkapnya sendiri. Karena siapa yang mengejar keuntungan dengan kekerasan akan membunuh orang. Mencari keuntungan yang benar adalah dengan kejujuran dan kerja keras (dapat kita temukan dalam Amsal-amsal berikutnya)

Setelah Ayah menasihati anak, berikutnya muncul seorang perempuan bernama Hikmat yang menasihati orang-orang yang belum dewasa. Hikmat disini digambarkan sebagai seorang perempuan (Woman Wisdom) yang kompleks, yaitu sebagai penyair, pengkotbah, penasihat, pengajar, dan pe-nubuat. Hikmat orang tua dan hikmat perempuan saling mendukung didikan masing-masing. 

Amsal 1:20-21 (20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (21) di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya.
Hikmat (perempuan) adalah personifikasi hikmat Yahweh dan berdiri untuk Tuhan sendiri. Ketika ia berbicara, dia mengumpulkan relasi-relasi sekitarnya, mengingatkan kita tujuan kitab ini “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”. Tidak hikmat di luar hikmat (perempuan) ini. Dia berteriak-teriak di jalan dan ruang umum, karena ia ingin membawa pesannya kepada semua orang, tanpa rahasia dan terbuka untuk semua yang mendengar dan merespon.


Amsal 1:22-25 (22) Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,
Hikmat menunjuk 3 macam orang bodoh: orang yang tidak berpengalaman, pencemooh, dan orang bebal. Orang yang tidak berpengalaman (orang yang naif dan belum dewasa) adalah orang yang paling mudah dididik. Sedangkan orang-orang yang termasuk dalam pencemooh adalah kumpulan orang yang paling sulit dididik, mereka telah mendengarkan nasihat, namun malah mengkritik dan mempermalukan si pemberi nasihat. Permasalahan utama dalam hikmat terhadap 3 macam orang bodoh ini adalah 'pengabaian'. Hikmat telah hadir kepada mereka untuk mengubah cara hidup mereka yang salah. Orang-orang bodoh ini telah menerima anugerah yang luar biasa, tetapi sayangnya mereka menolaknya.

Amsal 1:26-31 (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka.
Ayat-ayat ini adalah artikulasi kemarahan sang hikmat (perempuan). Sang hikmat telah melakukan pendekatan kepada orang-orang, tetapi mereka menolaknya. Karena mereka menolak nasihatnya untuk hidup di jalan kehidupan yang dapat menghindarkan mereka dari masalah kehidupan, maka ketika mereka mendapatinya, sang hikmat akan menertawakan dan mengolok-olok mereka. Yang lebih buruk lagi, sang Hikmat orang bodoh yang menderita nantinya akan memanggil-manggil dia, tetapi akan tidak dipedulikannya. Mereka akan mencari hikmat, namun mereka tidak akan menemukannya. Karena sudah memliki kesempatannya, namun disia-siakan hingga akhirnya mereka mendapat hadiah dari ulah mereka sendiri.

Amsal 1:32-33 (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33) Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka."
Adalah konklusi akhir dari nasib antara bodoh yang patuh dan tidak patuh. Yang tidak patuh akan mati, sedangkan yang patuh akan memperoleh hidup yang aman jauh dari masalah.


Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible

Monday, January 7, 2013

Pendahuluan Amsal

Amsal adalah buku hikmat yang berakar kuat dalam dunia kuno. Kitab ini ditujukan kepada siapapun yang terbuka terhadap pengajaran dalam kitab ini untuk memperoleh pengetahuan berupa: hikmat, pembelajaran, pengertian, wawasan, kebijaksanaan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Dalam bahasa Ibrani, kata "Amsal" berasal dari kata māšāl (bentuk tunggal) dan mišlê (bentuk jamak).










Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible