Friday, February 1, 2013

Amsal 1

Pendahuluan Amsal (Amsal 1:1-7)
Amsal 1:1 Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel.
Pada ayat pertama ini merupakan perkenalan nama pengarang kitab Amsal, di mana perkenalan nama sering juga muncul pada kitab lainnya.

Amsal 1:2 untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna,
"Hikmat" berarti ahli dalam pemahaman, keterampilan, dan piawai. Hikmat juga termasuk keterampilan dalam kehidupan mengikuti peta dan teladan Allah dan menghindari kejatuhan moral. Sementara "didikan" berarti perintah atau sarana penting menuju hikmat. Untuk menerima didikan memerlukan jiwa yang rendah hati mau tunduk dan taat, mendengar dengan seksama lalu menerimanya, mencintainya, menghargainya lebih tinggi dari uang, dan menolak melepaskannya. "Kata-kata yang bermakna" berasal dari pengertian yang bermula dari mengetahui dan melihat melalui pikiran, yang mana dapat kita pelajari dari kata-kata bermakna yang ada dalam pengajaran Salomo dalam kitab Amsal ini. Kata-kata yang bermakna ini juga dapat diartikan sebagai penilaian dan pemikiran yang benar.

Amsal 1:3 untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran,"Didikan yang menjadikan pandai" dalam terjemahan bahasa inggris "teaching of insight" yang dapat kita juga artikan menjadi "pendidikan pengertian". Maksud yang ingin disampaikan adalah pendidikan pengenalan akan natur yang benar dari suatu situasi dan keadaan sehingga menghasilkan pengertian seperti: pandai dalam bersikap dan berpikiran sehat, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dalam banyak situasi. "Kebenaran" dapat digambarkan sebagai suatu pola yang hendaknya menjadi pola yang kita pakai dalam hidup kita. "Keadilan" akan tercipta ketika kebenaran dan kejujuran dilakukan.

Amsal 1:4 untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.Ayat ini ditujukan kepada orang yang berpikiran sederhana, contohnya seperti orang yang tidak berpengalaman atau naif, mudah tertipu, mudah terayu, dan mudah dicobai. Tetapi orang-orang ini merupakan orang yang paling tidak merusak dan tidak berbahaya karena pikiran negatifnya, karena mereka mempunyai kemampuan untuk memperbaiki atau memperbaharui diri dan dapat bekerja sama dalam lingkungan yang bijak. Orang yang berpikiran sederhana ini lebih baik daripada orang bodoh atau pencemooh, karena mereka lebih dapat menerima didikan dengan harapan hikmat menjadi bagian dari kecerdasan. "Kecerdasan" di sini dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan jawaban dan kecerdasannya untuk mendapatkan suatu tujuan, dalam konteks takut akan Allah, untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan, mampu menimbang-nimbang sebelum memutuskan suatu keputusan dengan kepala dingin. Suatu kecerdasan membutuhkan moral yang logis. Selain itu, ayat ini juga ditujukan kepada orang-orang muda (belum dewasa) yang membutuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang ada di dalam kitab Amsal. Orang muda yang dimaksud di sini dimulai dari masa kanak-kanak (berdasarkan kebudayaan orang Ibrani, anak-anak berusia 0-17 tahun, orang muda berusia 17-30, dan orang tua berusia 30 ke atas). Pada masa mudalah dimana berada di ambang kedewasaan sehingga penting baginya untuk memperoleh pengetahuan yang bijak. "Kebijaksaan" adalah bagian dari kemampuan menjalankan kehidupan dengan cara yang konstruktif dan melepaskan diri dari jalan yang jahat.

Amsal 1:5 baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan. 
Ayat ini ditujukan kepada orang yang bijak, berbeda dari kategori yang telah kita perhatikan sebelumnya yaitu orang yang berpikiran sederhana atau orang muda. Hati orang bijaksana tentunya sudah pasti mencintai Tuhan, orang-orang bijaksana, dan pengajaran-Nya. Orang yang bijak bersifat mudah diajar, mencari pengetahuan, dan menyimpannya. Ayat permulaan ini mengingatkan pembaca bahwa bahkan orang yang lebih berpengalaman dapat memperoleh keuntungan dari refleksi pengajaran yang diberikan, sehingga dapat membangun dan meningkatkan struktur kehidupan yang telah dimiliki oleh orang itu. Hikmat yang diperlukan dalam sehari-hari adalah bijaksana dalam mendengar (Amsal 13:1), bijaksana dalam menasehati (Amsal 12:5), dan bijaksana dalam menerima perintah (Amsal 10:8). Orang bijak selalu berjalan dalam kebijaksanaan secara berkesinambungan dalam hidupnya, dimana orang bijak ini selalu membagi-bagikan pengetahuannya dan menjadi bak air terjun kehidupan yang mengaliri lingkungan sekitarnya. Dari semua karakter ini bersumber dari takut akan Tuhan dan meninggalkan yang jahat karena semua bijaksana bersumber dari Tuhan. "Bahan pertimbangan" dalam terjemahan bahasa inggris "guidance" bisa diartikan juga sebagai "arahan" atau " bimbingan".

Amsal 1:6 untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. 
Orang yang bijak dapat meningkatkan hikmat mereka dengan membaca tulisan ayat-ayat dalam amsal ini. Hikmat yang dimaksud terdiri dari amsal, ibarat, perkataan-perkataan bijak, dan teka-teki. "Amsal" banyak menggunakan persamaan dan metapora yang sulit dimengerti untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran yang penting. "Ibarat" berisi pepatah yang sarat dengan sindiran dan sarkasme. "Perkataan orang bijak" kemungkinan tidak mengarah kepada perkataan-perkataan biasa sebanyak seperti yang tertulis dalam kumpulan hikmat. "Teka-teki orang bijak" berisikan misteri dan ambigu yang sulit dimengerti. Contoh teka-teki ini terdapat dalam kitab Hakim-hakim 14:14 mengenai teka-teki di hari perkawinan Simson.
Hakim 14:14 "Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu."

Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Akhir dari ayat pendahuluan Amsal ini adalah tujuan dan keistimewaan dari keseluruhan kitab ini yaitu kebenaran yang paling dasar. Kalimat "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan" mengakui bahwa tidak ada pengetahuan yang terpisah dari kelakuan dan hubungan yang baik kepada Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan reaksi yang sudah seharusnya diberikan kepada supremasi Tuhan dan kekudusan-Nya. Takut akan Tuhan adalah dasar dari segala pengetahuan yang disebut juga hikmat. Pengetahuan yang dimaksud adalah mengetahui bahwa tidak ada pengetahuan akan kebenaran yang tanpa mengarah kepada Tuhan. Banyak Amsal di pasal-pasal berikutnya berisi pengalaman, pengamatan, maupun jawaban manusia sebagai dasar nasehat. Kata "takut" di sini menuntut kelakuan yang baik dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu "hormat". Dasar janji manusia untuk takut akan Tuhan adalah sepenuhnya tunduk kepada-Nya dan sadar atas ketergantungannya kepada-Nya. "Tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan", orang-orang ini tentunya tidak mempunyai pengetahuan atau pemahaman tentang apapun. Bahkan ada orang-orang pintar yang tidak peduli dan bertentangan dengan Tuhan baik pada zaman dahulu maupun zaman modern ini. Oleh karena itu mereka tidak dapat melihat gambaran yang lebih besar mengenai siapa yang menciptakan dunia ini. Pengetahuan akan kebenaran dimulai dari pengetahuan bahwa segala sesuatu diciptakan dan ditopang oleh Tuhan dan Dialah yang memberikan pengetahuan baik melalui wahyu maupun pengalaman, pengamatan, dan jawaban. Inilah yang disebut dengan "Pendahuluan Pengetahuan". Amsal dan Alkitab merupakan satu keseluruhan, jangan pernah mencoba membuktikan keberadaan Tuhan, dimana lebih menghadirkan keberadaan Tuhan sebagai presuposisi yang nyata dalam sejarah dan ciptaan. Secara lengkap ayat ini dapat kita lihat hubungan antara hikmat dan menaati hukum Allah. Orang takut akan Allah akan menaati hukum-Nya, yaitu hikmat.

Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga refleksi hikmat ilahi.

Nasihat dan Peringatan (Amsal 1:8-19)
Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga refleksi hikmat ilahi.

Amsal 1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu
Keterlibatan orang tua baik ayah maupun ibu dalam mendidik anaknya disebutkan pada ayat ini. "Anakku, dengarkanlah didikan ayah", kata 'dengarkanlah' dalam bahasa Ibraninya mempunyai arti lebih dari sekedar hanya mendengarkan; yaitu “patuh” atau “disiplin”. Anak harus berkelakuan sesuai dengan didikan yang diberikan, bukan hanya mempelajarinya mentah-mentah. Anak tidak boleh menyia-nyiakan ajaran ibu, melainkan melaksanakannya, baik ajaran-ajaran umum maupun ajaran-ajaran lain yang tidak ditujukan secara khusus ke hukum taurat.

Amsal 1:9 sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu
Ayat ini menggambarkan metafora perbandingan antara nasihat orang tua dan perhiasan, dimana hikmat itu mengakibatkan bertambahnya kekayaan.

Amsal 1:10-14 (10) Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut; (11) jikalau mereka berkata: "Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak semena-mena; (12) biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur; (13) kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan; (14) buanglah undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian."
Ayat 10 adalah peringatan kepada sang anak untuk menjauhi para pendosa terutama terhadap bujukannya. Bujukan di sini mengarah pada orang yang tak berpengalaman, karena lebih mudahnya mereka terpengaruhi. Contohnya adalah orang-orang yang berusaha untuk membuat kita untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Bagi orang yang tidak berpengalaman akan lebih terpengaruh ataupun menurut untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Dalam Ayat 11 lebih jelas para pendosa ingin sang anak melakukan serangan yang mematikan kepada orang-orang yang tak bersalah hanya untuk bersenang-senang bahkan untuk keuntungan semata dengan mengorbankan orang lain (ayat 13 & 14).

Amsal 1:15-19 (15) Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka, (16) karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah. (17) Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap, (18) padahal mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri. (19) Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya.
Orang tua tidak ingin agar anaknya mengikuti jejak para pendosa yang menyia-nyiakan hidupnya yang akhirnya akan menghancurkan hidup mereka sendiri. Mereka berjalan pada jalan yang jahat untuk tujuan yang rendah dengan melakukan kekerasan dengan menumpahkan darah. Hal ini menuju kepada kesia-siaan dimana mereka akan memakan perangkapnya sendiri. Karena siapa yang mengejar keuntungan dengan kekerasan akan membunuh orang. Mencari keuntungan yang benar adalah dengan kejujuran dan kerja keras (dapat kita temukan dalam Amsal-amsal berikutnya)

Setelah Ayah menasihati anak, berikutnya muncul seorang perempuan bernama Hikmat yang menasihati orang-orang yang belum dewasa. Hikmat disini digambarkan sebagai seorang perempuan (Woman Wisdom) yang kompleks, yaitu sebagai penyair, pengkotbah, penasihat, pengajar, dan pe-nubuat. Hikmat orang tua dan hikmat perempuan saling mendukung didikan masing-masing. 

Amsal 1:20-21 (20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (21) di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya.
Hikmat (perempuan) adalah personifikasi hikmat Yahweh dan berdiri untuk Tuhan sendiri. Ketika ia berbicara, dia mengumpulkan relasi-relasi sekitarnya, mengingatkan kita tujuan kitab ini “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”. Tidak hikmat di luar hikmat (perempuan) ini. Dia berteriak-teriak di jalan dan ruang umum, karena ia ingin membawa pesannya kepada semua orang, tanpa rahasia dan terbuka untuk semua yang mendengar dan merespon.


Amsal 1:22-25 (22) Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,
Hikmat menunjuk 3 macam orang bodoh: orang yang tidak berpengalaman, pencemooh, dan orang bebal. Orang yang tidak berpengalaman (orang yang naif dan belum dewasa) adalah orang yang paling mudah dididik. Sedangkan orang-orang yang termasuk dalam pencemooh adalah kumpulan orang yang paling sulit dididik, mereka telah mendengarkan nasihat, namun malah mengkritik dan mempermalukan si pemberi nasihat. Permasalahan utama dalam hikmat terhadap 3 macam orang bodoh ini adalah 'pengabaian'. Hikmat telah hadir kepada mereka untuk mengubah cara hidup mereka yang salah. Orang-orang bodoh ini telah menerima anugerah yang luar biasa, tetapi sayangnya mereka menolaknya.

Amsal 1:26-31 (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka.
Ayat-ayat ini adalah artikulasi kemarahan sang hikmat (perempuan). Sang hikmat telah melakukan pendekatan kepada orang-orang, tetapi mereka menolaknya. Karena mereka menolak nasihatnya untuk hidup di jalan kehidupan yang dapat menghindarkan mereka dari masalah kehidupan, maka ketika mereka mendapatinya, sang hikmat akan menertawakan dan mengolok-olok mereka. Yang lebih buruk lagi, sang Hikmat orang bodoh yang menderita nantinya akan memanggil-manggil dia, tetapi akan tidak dipedulikannya. Mereka akan mencari hikmat, namun mereka tidak akan menemukannya. Karena sudah memliki kesempatannya, namun disia-siakan hingga akhirnya mereka mendapat hadiah dari ulah mereka sendiri.

Amsal 1:32-33 (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33) Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka."
Adalah konklusi akhir dari nasib antara bodoh yang patuh dan tidak patuh. Yang tidak patuh akan mati, sedangkan yang patuh akan memperoleh hidup yang aman jauh dari masalah.


Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible

1 comment: