Tuesday, March 5, 2013

Amsal 2

Faedah dari pada Menuntut Hikmat
Amsal pasal 2 ini berisi didikan yang berupa teguran yang menuntut hikmat dan berisi ceramah yang panjang dari seorang bapa kepada anaknya, dengan mendorong sang anak untuk mengejar hikmat secara aktif sehingga sang anak menemukan rasa takut akan Tuhan dengan segala kelakuan dan pengertian yang beretika. Hikmat ini akan menyelamatkan sang anak dari segala macam masalah dalam hidupnya, termasuk bahaya oleh wanita asing.
Untuk memudahkan dalam membaca pasal 2 ini, ayat-ayatnya dipecah menjadi beberapa bagian kalimat, diantaranya memiliki kalimat kondisional yang rumit (jika ... maka ...) diselingi klausa maksud (untuk) dan tujuan (kepada). Pasal 2 ini diakhiri dengan deklarasi bahwa siapa yang jujur atau tidak bersalah (orang yang mempeerhatikan kata-kata bapa dan menemukan rasa takut akan Yahweh), akan diperbolehkan untuk tinggal di tanah yang dijanjikan, tetapi siapa yang tidak demikian akan dihapus dari tanah yang dijanjikan.
Intisari:
pasal 2:1-8 adalah sang anak didorong untuk mendengarkan bapa agar menemukan rasa takut akan Yahweh dan menerima hikmat yang akan melindungi mereka.
pasal 2:9-15 berisi tentang hikmat yang memelihara kesadaran kepekaan etikal yang akan menjaga anak dari orang-orang jahat.
pasal 2:16-19 hikmat menjaga anak agar tidak terjerumus ke perempuan asing.
pasal 2:20-22 konsekuensi akhir; yang benar akan bertahan, dan yang fasik akan dibuang .

Amsal2 2:1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
Ayat ini dimulai dengan protasis (klausa 'jikalau') dari kalimat kondisional di mana bapa menunjukkan dan mendorong anaknya agar mendengarkan ajaran-ajarannya dan mengejar hikmat. Bapa menginginkan bahwa anaknya melakukan lebih dari sekedar mendengarkannya, yaitu kesediaan untuk menerima apa yang dikatakan bapa, tidak hanya untuk membuka pikiran. Kata 'perintah' secara khusus seringkali muncul dalam alkitab, dimana kata 'perintah' ini dihubungkan dengan hukum Allah.


Amsal 2:2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,
Orang mendengarkan menggunakan telinga, tetapi bapa membutuhkan tindakan sang anak yang lebih dari sekedar mendengarkan. Hati melambangkan kepribadian dan karakter seseorang. Meskipun hati merupakan keseluruhan dalam diri seseorang, pada keadaan tertentu ada penekanan pada kognitif. Telinga maupun hati menjadi sarana pengembangan internal maupun eksternal. Penerimaan terhadap pengajaran bapa melibatkan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mendengarkan; orang harus mengarahkan dirinya pada hikmat untuk mendapatkan manfaat darinya.

Amsal 2:3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
Bapa ingin agar anak mengambil langkah selanjutnya dalam mencari hikmat. Anak tidak hanya terbuka terhadap pengaruh hikmat yang datang kepadanya, tetapi anak harus juga mengejarnya secara aktif. Anak didorong untuk menggunakan suaranya untuk memanggil hikmat.

Amsal 2:4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,
Ayat ini menjelaskan jenis-jenis tindakan yang diinginkan oleh sang bapa terhadap anaknya untuk memperoleh hikmat dan menyampaikan perlunya peningkatan. Pencarian hikmat berhubungan dengan istilah "kepandaian" dan pengertian", tetapi pencariannya harus adalah pencarian yang sungguh-sungguh seperti mencari perak atau harta terpendam karena nilainya yang begitu penting. Melalui kitab ini, Hikmat dibandingkan dengan logam yang berharga.

Amsal 2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
Ayat ini membawa kita kepada apodosis (klausa 'maka'...) kalimat kondisional. Jika anak mengikuti didikan bapa seperti pada ayat 1-4 maka ia akan mengerti takut akan Yahweh dan menemukan pengetahuan akan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hikmat dan pertalian dengan Yahweh adalah suatu jalinan secara utuh.

Amsal 2:6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
Ayat 6-8 akan mendukung kalimat kondisional pada ayat 1-5 dengan klausa maksud yang panjang. Mencari hikmat, dan orang akan menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan, dan orang akan memperoleh hikmat. Ayat 6b mempertajam pikiran dalam ayat 6a yang mengatakan bahwa hikmat secara khusus berasal dari mulut Yahweh. Dalam hal ini bapa adalah juru bicara Yahweh, oleh karena itu kata-kata bapa yang tertulis dalam kitab Amsal adalah kata-kata dari mulut Yahweh.

Amsal 2:7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
Ayat 7 menguraikan manfaat dari memperoleh hikmat yang membawa seseorang ke dalam hubungan dengan Tuhan. Di sini orang bijak digambarkan sebagai orang yang jujur dan tak bercela, serta melakukan apa yang benar secara moral. Dalam konteks ini, mereka adalah orang yang memperhatikan perintah bapa dan memperoleh hikmat. Sedangkan orang-orang yang tidak bersalah hidupnya ditandai dengan kebenaran etikal dan taat hukum. Tuhan menyediakan pertolongan dalam bentuk kekuatan dalam diri yang menolong orang meloloskan diri dari kesulitan, dengan kata lain sebagai perisai yang melindungi sesorang dari kemalangan hidup. Jika masalah muncul, si penerima hikmat Tuhan akan memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut.

Amsal 2:8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
Ayat ini menyimpulkan bagian pembukaan pasal 2. Kata 'menjaga' adalah perluasan dari metafora perisai yang digunakan untuk menggambarkan pertolongan yang Tuhan berikan pada pengikut-pengikutnya. Kata 'jalan' dapat diartikan sebagai perjalanan kehidupan (berhubungan dengan keadilan dan kesetiaan), dan ayat ini menyatakan bahwa Tuhan melindungi perjalanan hidup orang-orang-Nya.

Amsal 2:9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.
Apodosis dalam ayat ini berfokus pada kepekaan moral yang merupakan hasil dari menganut didikan bapa yang menuntun kepada hikmat dan pengetahuan akan Tuhan. Hikmat membawa pencerahan etikal, pengertian akan kebenaran, keadilan, dan kejujuran.

Amsal 2:10-11 Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.
Ayat ini merupakan tujuan kedua dari Amsal 2:6 dan merupakan alasan untuk kepekaan moral. Hikmat dan pengetahuan akan menjadi bagian yang integral dari karakter anak. Ayat 11 menggambarkan fungsi perlindungan dari hikmat, yaitu kualitas pikiran yang positif melalui konsekuensi tindakan daan pemilihan jalan integritas.

Amsal 2:12-15 supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, dari mereka yang meninggalkan jalan lurus dan menempuh jalan yang gelap; yang bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat, yang berliku-liku jalannya dan sesat perilakunya;
Anak sudah mendengar peringatan mengenai orang-orang jahat yang dapat mendatangkan malapetaka dalam hidup. Hikmat di sini berjanji untuk menjauhkan anak-anak yang bijak dari kelompok orang jahat. Orang-orang jahat ini tidak hanya berkata dan berbuat jahat atau bahkan tipu muslihat, mereka juga menikmatinya. Kata 'tipu muslihat' sering digunakan berlawanan dengan keimanan dan kebenaran. Berkata ataupun berbuat tipu muslihat berarti berkata ataupun berbuat sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran dan melawan perintah bapa maupun Tuhan sendiri.

Amsal 2:16-19 supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya; sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, jalannya menuju ke arwah-arwah. Segala orang yang datang kepadanya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan.
Ayat ini berkaitan dengan ancaman lainnya terhadap anak, yaitu perempuan jalang. Peringatan terhadap perempuan jalang/asing dilengkapi dengan nasihat untuk memperoleh hubungan yang sehat dan vital dengan istri. Lebih jauh, persaingan akan kasih sayang antara perempuan jalang/asing dengan istri yang saleh bercermin pada Perempuan Berhikmat dengan Perempuan Bodoh. Kata "jalang" dan "asing dalam bahasa Ibrani dapat dimengerti dalam beberapa cara. Kata asing dapat dilihat dari keinginannya berjalan di luar batas moral, hukum, dan adat-istiadat. Ketiadaan batasan-batasan ini dikarenakan kegagalan dalam menghargai komitmen hubungan cintanya pada waktu mudanya sama seperti gagalnya perjanjian kepada Tuhannya. Pada kalimat pertama ayat 17 menuduhnya tidak  mempertahankan janji pernikahannya, hubungan cinta di sini yang dimaksud adalah pernikahannya. Dengan melakukan perzinahan, dia telah melanggar perjanjiannya dengan Tuhan. Dengan fakta bahwa dia memiliki perjanjian dengan Allah, hal ini dapat lebih jauh dilihat adalah wanita penggoda, bukan orang asing. Wanita penggoda merayu pria-pria dengan kata-kata rayuan dan penampilan menariknya. Perempuan ini begitu memikat, tetapi sangat-sangat berbahaya. Ayat 18-19 menjelaskan konsekuensi berelasi dengan perempuan yang tidak taat hukum, yang menuju tempat arwah-arwah. Jalannya menuju kematian dan jauh tidak mencapai kehidupan. "Rumahnya hilang tenggelam..." dapat diartikan sebagai gambaran bahwa ia tidak hanya perempuan itu saja yang menuju kematian, tetapi semua yang dimiliki dan berhubungan dengannya.

Amsal 2:20-22 Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.
Tiga ayat terakhir ini merupakan puncak kesimpulan dari pasal 2. Ayat 20 mengembalikan pikiran bahwa penerimaan hikmat akan menjaga orang agar tetap pada jalan yang benar. Anak tidak akan melalui jalan ini sendiri, karena di jalan ini ada orang-orang yang baik dan benar. Dua ayat terakhir adalah konsekuensi akhir dari dua jalan, dimana tidak ada jalan tengah atau jalan abu-abu. Orang-orang yang jujur dan tak bercela akan bertahan. Sedangkan orang-orang fasik dan pengkhianat akan dibuang. Ayat ini seperti perjanjian berkat dan kutuk. Dalam pasal 2, bapa memberikan argumen yang kuat dan memohon dengan berapi-api agar anak menerima hikmat yang dimulai dengan takut akan Tuhan. Hanya dengan cara ini anak akan terhindar dari ancaman kehidupan dan melanjutkan kehidupan jauh dari kematian.

Implikasi Teologi
Pasal ini merupakan daya tarik oleh bapa terhadap anak agar memperoleh hikmat. Daya tarik ini memiliki sisi paradoks: Hikmat adalah sesuatu yang harus anak dapatkan dengan kerja keras, namun Hikmat itu adalah anugerah dari Tuhan. Analogi terhadap paradox ini dapat kita temukan pada kitab lainnya, yaitu pada waktu peperangan Yerikho dan pertempuran Daud melawan Goliath mengilustrasikan prinsip ini dengan baik. Orang-orang Israel harus berperang seperti yang dinstruksikan dan diperintahkan Tuhan, ketika menang mereka tidak memuji kekuatan mereka sendiri, namun bersyukur kepada Tuhan yang telah mengizinkan mereka untuk menang.
Analogi juga merupakan pusat iman Kristen. Seperti kata Paulus pada umat di Filipi 2:12-13. Kita bekerja keras atas keselamatan kita, tetapi pada akhirnya kita harus menyadari bahwa keselamatan itu adalah pemberian anugerah Tuhan dan kita harus bersyukur pada-Nya.

Filipi 2:12-13 : Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible

5 comments: