Tuesday, March 5, 2013

Martin Luther

Martin Luther (1483-1546), adalah seorang pastur Jerman, professor teologi, dan figur penting dalam reformasi. Ia merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Kekristenan ketika ia memulai Reformasi Protestan di abad 16. Dia mempertanyakan beberapa dasar doktrin Katholik Roma, dan pengikutnya dengan cepat memisahkan diri dari Gereja Katholik Roma untuk memulai tradisi Protestan.

Masa kecil:
Lahir pada 10 November 1483 di Eisleben, Saxony (sekarang Jerman bagian tenggara), bagian dari Kekaisaran Romawi Suci, anak dari  Hans and Margarette Luther dari kalangan buruh tani yang berhasil dalam pertambangan tembaga. Martin adalah nama baptisan yang diperolehnya karena hari pembaptisannya bertepatan dengan hari Santo Martin, pelindung kaum pengemis. Pada tahun 1484, keluarga Luther pindah ke Mansfeld. Ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Martin yang masih berusia 7 tahun untuk belajar di Mansfeld, lalu melanjutkan sekolahnya di Magdeburg pada usia 14 tahun. Namun Hans Luther memiliki rencana lain bagi Martin, ia ingin anaknya agar menjadi pengacara sehingga ia menarik Martin dari sekolah di Magdeburg dan mengirimnya ke sekolah baru di Eisenach. Pada tahun 1498, Martin Luther kembali ke Eisleben dan mendaftar ke sekolah, mempelajari tata bahasa, retorika, dan logika. Ia lalu membandingkan pengalaman ini terhadap penyucian dosa dan neraka. 

Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt, dan mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya (tata bahasa, logika, retorika, dan metafisika) pada 1505. Menuruti keinginan ayahnya, Luther mendaftar di sekolah hukum pada universitas yang sama tahun itu, tetapi dengan cepat ia keluar, karena percaya bahwa hukum melambangkan ketidakpastian. Luther mencari kepastian tentang kehidupan dan tertarik pada teologi dan filosofi, menampilkan ketertarikan khusus pada Aristotle, Wlliam of Ockham, dan Gabriel Biel. Ia sangat dipengaruhi oleh dua guru, Bartholomaeus Arnoldi von Usingen dan Jodocus Trutfetter, yang mengajarkan Luther agar tidak percaya bahkan kepada pemikir besar dan menguji semua hal tentang dirinya sendiri melalui pengalaman. Filosofi terbukti tidak memuaskan, yang menawarkan kepastian tentang penggunaan akal budi tetapi tanpa mencintai Tuhan, yang Luther anggap lebih penting. Akal budi tidak dapat memimpin manusia kepada Tuhan, dan kemudian ia membuat hubungan cinta-benci dengan Aristotle melalui penekanan akhir pada akal budi. Bagi Luther, akal budi dapat digunakan untuk menanyakan manusia dan institusi, bukan Tuhan. Manusia dapat belajar tentang Tuhan hanya melalui Wahyu Allah, dia percaya, dan kitab suci menjadi bertambah penting baginya.

Kehidupan Martin Luther berubah ketika pada suatu hari di musim panas tahun 1505, saat ia sedang dalam perjalanan dari Mansfeld ke Erfurt terjebak serangan badai. Di suatu hutan dekat desa Stotternheim, petir menyambar di dekatnya, sehingga ia terlempar jauh akibat tekanan udara. Dalam ketakutan, ia berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Saya akan menjadi biarawan!". Badai mereda dan karena nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt pada 17 Juli 1505 (Banyak sejarahwan percaya bahwa tindakan Martin Luther bukanlah tindakan yang spontan, tetapi sudah terformula di benak pikirannya). Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, karena ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya. Luther juga didorong oleh rasa takut akan neraka dan murka Tuhan, dan merasa bahwa hidup di biara akan menolong dia menemukan keselamatan.

Martin Luther Masuk Biara:
Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada hidup membiara, dengan melakukan segala perbuatan untuk menyenangkan Tuhan dengan berpuasa, berdoa selama berjam-jam, berziarah, dan sering melakukan pengakuan dosa. Awal kehidupan membiara begitu sulit bagi Martin Luther, karena ia tidak menemukan pencerahan religius yang ia cari. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyuruhnya untuk memfokuskan hidupnya secara khusus pada Kristus dan kemudian hal ini akan menjadi petunjuk yang ia cari. Dia mengajarkan bahwa pertobatan tidak meliputi penebusan dosa atas usaha sendiri dan penghukuman tetapi lebih dari perubahan hati.
Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Pada 9 Maret 1508 ia mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab, dan gelar sarjananya dalam "Sentences"  karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan) pada 1509. Pada umur 27, Luther berkesempatan untuk menjadi utusan ke sebuah konferensi gereja di Roma. Ia menjadi lebih kecewa, dan sangat putus asa oleh kekekalan dan korupsi yang ia saksikan di sana di antara imam-imam Katholik. Sekembalinya ke Jerman, ia masuk ke Universitas Wittenberg dalam upaya untuk menekan kekacauan rohaninya. Pada 9 Oktober 1512 ia menerima gelar Doktor Teologi, dan pada 21 Oktober 1521 ia diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Luther menghabiskan karirnya di jabatan ini di Universitas Wittenberg.

Pencerahan Rohani:
Melalui studi kitab suci, Martin Luther akhirnya mendapatkan pencerahan rohani. Awal 1513, saat mempersiapkan bahan kuliah, ia membaca Mazmur 22,  yang menceritakan tangisan Kristus memohon pengampunan di kayu salib, tangisan yang sama dengan kekecewaan Luther terhadap Tuhan dan agama.  Luther mulai memahami inti teologi salib. Dua tahun kemudian, saat mempersiapkan bahan kuliah Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Konsep Kebenaran Allah sangat dominan dalam kitab Roma. Pertanyaan Luther dalam hati sanubarinya "Allah dengan kebenaran-Nya yang sempurna akan mengadili setiap orang. Bagaimana jika orang berdosa sesungguhnya tidak akan pernah memenuhi standard keadilan Allah supaya dibenarkan, meskipun orang berdosa tulus mencari-Nya?". Pertanyaan ini memberikan dilema yang luar biasa. Kebenaran Allah hanya akan mendatangkan kutukan dan hukuman bagi orang berdosa, tanpa terkecuali dirinya sendiri. Bahkan Luther menuliskan, "Meskipun aku hidup tidak bercela sebagai seorang imam, namun aku yakin bahwa aku tetap orang yang berdosa dan hati nuraniku sangat gelisah di hadapan Allah. Aku tidak percaya segala perbuatanku dapat menyenangkan Allah". Pada suatu malam sekitar akhir tahun 1514, Luther terpaku membaca "... orang benar akan hidup oleh iman" (Roma1:17). Tulisan Paulus ini menggetarkan hatinya dan Ia mendalami kalimat ini untuk beberapa waktu. Akhirnya ia menyadari bahwa kunci keselamatan rohani bukanlah takut akan Tuhan atau diperbudak oleh dogma religius tetapi adalah percaya bahwa oleh iman itu sendiri akan membawa keselamatan. Luther mengingat ajaran Agustinus tentang "Anugerah" yang pernah dibacanya. Doktrin "Anugerah" yang pernah dituliskan Agustinus dalam buku Confessions adalah salah satu ajaran penting yang telah begitu lama dilupakan gereja. Doktrin ini meyakini bahwa tidak ada satupun manusia berdosa mampu menyelamatkan dirinya. Hanya Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya. Pengampunan inilah yang disebut anugerah, suatu anugerah yang sebenarnya tidak layak diberikan kepada kita. Bahkan iman pun adalah pemberian Allah, bukan usaha dan keputusan manusia. Alkitab dan Agustinus telah "melahirkan" Luther kembali. Luther menyaksikan seluruh kegelisahan hatinya lenyap, "Seperti ada tertulis bahwa orang benar hidup oleh imannya. Ini membuat aku seperti dilahirkan kembali. Kini aku seakan berdiri di depan pintu gerbang surga dalam suatu terang yang baru. Kalau dulu aku membenci ungkapan 'Kebenaran Allah', maka sekarang aku mulai mencintai dan memujinya sebagai ungkapan yang paling manis..." Luther pun mulai melihat seluruh isi kitab suci dengan sudut pandang yang baru. Di periode ini ditandai perubahan besar dalam hidupnya dan gerakan Reformasi.

Lahirnya Reformasi:
Pada tahun 1510 sampai 1520, Luther mengajar Mazmur, kitab Ibrani, Roma, dan Galatia. Martin Luther mendalami studi Alkitab, terutama surat tulisan dari rasul Paulus, kebenaran Tuhan sejati dan Luther mendapatkan pengetahuan yang berlimpah bahwa ia "diselamatkan oleh anugerah melalui iman" itu sendiri (Efesus 2:8). Keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dari Tuhan. Oleh karena itu ia mulai melihat penggunaan istilah seperti penebusan dan kebenaran oleh Katholik Roma dalam cara yang baru. Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci, yang terpenting bagi Luther adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian anugerah Allah yang diperoleh hanya melalui iman dalam Yesus Kristus sang Mesias. Kebenaran wahyu Tuhan ini tidak hanya mengubah kehidupan Luther, tetapi juga akan mengubah arah sejarah gereja.

Pada tahun 1514, Martin Luther mulai melayani dengan menjadi pastor di gereja kastil Wittenburg. Ia berkotbah tentang Firman Tuhan kepada orang-orang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Pada masa ini, gereja Katholik melakukan kegiatan yang berlawanan dengan Alkitab dengan menjual Indulgensia.

Sementara itu, Paus Leo X membutuhkan dana untuk merenovasi Basilika St. Petrus. Kebetulan baginya, gereja memiliki sumber pemasukan yang besar atas penjualan indulgensia. Pada tahun 1516, Johann Tetzel, seorang imam Dominika ditugaskan oleh Gereja Katholik Roma untuk menjual indulgensia guna merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Dengan berkeliling ke kota-kota di Jerman, Tetzel dengan persuasif berusaha meyakinkan jemaat untuk membeli surat indulgensia. Kalimatnya yang terkenal dan sering diucapkannya, "Saat uang logam bergemerincing masuk kotak uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan."
 
Menurut teologi Katholik Roma bahwa iman saja tidak dapat membenarkan manusia, tetapi lebih bergantung pada iman yang melakukan amal dan berkelakuan baik secara aktif dapat menyelamatkannya. Berkelakuan baik dapat dilakukan dengan menyumbangkan uang kepada gereja. Mereka yang membeli surat indulgensia dijanjikan akan mendapatkan pengurangan hukuman atas dosa mereka, pengampunan dosa bagi sanak saudara yang berada di api penyucian, dan bisa juga untuk pengampunan penuh dari segala dosa. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati.

Pada 31 Oktober 1517, Luther memaku 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan terbuka bagi pemuka-pemuka gereja untuk memperdebatkan praktik penjualan indulgensia dan menggarisbesarkan doktrin Alkitab pembenaran oleh iman saja. Tindakan memaku 95 dalil ini menjadi saat yang menentukan dalam sejarah Kekristenan, yaitu simbol lahirnya Reformasi Protestan. Pada masa itu, adalah suatu kebiasaan bila ada topik yang hendak didiskusikan atau diperdebatkan maka seseorang bisa memakukan undangannya di pintu gereja Wittenberg. 95 dalil ini mengkritik keras indulgensia karena menyesatkan iman orang-orang. Luther juga mengirimkan salinan 95 dalil ini kepada Uskup Agung Albrecht dari Mainz, menghubunginya untuk mengakhiri penjualan indulgensia. Namun Uskup Agung Albrecht dari Mainz tidak membalas surat Luther yang berisi 95 dalil ini. Ia telah memeriksa dalil-dalil tersebut dan menyampaikannya ke Roma. Ia memerlukan pendapatan dari penjualan indulgensia untuk membayar dispensasi kepausan untuk masa jabatan lebih dari satu keuskupan. Dibantu dengan mesin cetak, salinan 95 dalil tersebar ke seluruh Jerman dalam dua waktu minggu dan ke seluruh Eropa dalam waktu dua bulan, serta mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada awal tahun 1519.

Penolakan Gereja Katholik Roma:
Pada tiga tahun berikutnya Paus Leo X menempatkan serangkaian teolog-teolog dan utusan-utusan kepausan untuk melawan Luther. Pertama, Sylvester Mazzolini, teolog dari Dominika menyatakan Luther sebagai bidat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga berkembanglah suatu pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia menjelaskan thesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Karena perlawanannya terhadap doktrin yang mendasari penjualan indulgensia, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Frederick 'si pemilih' membujuk Paus untuk memeriksa Luther di Imperial Diet Augsburg.

Gereja akhirnya mengambil tindakan untuk menghentikan perlawanan ini. Pada oktober 1518, pada pertemuan dengan Kardinal Thomas Cajetan di Augsburg, Martin Luther diperintah untuk menarik kembali 95 thesis oleh otoritas Paus. Luther mengatakan ia tidak akan menarik kembali 95 thesis jika Alkitab dapat membuktikan bahwa ia bersalah, dan menganggap bahwa Kepausan tidak memiliki otoritas dalam mentafsirkan Alkitab. Pertemuan ini diakhiri dengan pertengkaran mulut. Konfrontasi Luther terhadap gereja membuatnya menjadi musuh Paus, dan hal ini mengawali dikeluarkannya Martin Luther dari Gereja. Perintah Cajetan sesungguhnya adalah menangkap Luther jika ia tidak mau menarik 95 thesisnya, tetapi Cajetan kekurangan dukungan sarana di Augsburg, di mana Frederick telah menjamin keamanan Luther. 

Selama 1519, Martin Luther tetap mengajar dan menulis di Wittenberg. Pada bulan Juni dan Juli tahun itu, ia mengumumkan secara publik bahwa Alkitab tidak memberikan hak istimewa untuk mengtafsirkan kitab suci, ini merupakan serangan langsung terhadap otoritas Kepausan. Di tahun 1520, paus kehabisan kesabaran dan akhirnya pada tanggal 15 Juni mengeluarkan ultimatum untuk mengancam dikeluarkannya Luther. Pada 10 desember 1520, Luther membakar ultimatum itu di depan publik.

Dikeluarkannya Martin Luther:
Pada bulan Januari 1521, Martin Luther resmi dikeluarkan dari Gereja Katholik Roma. Pada bulan Maret, ia dipanggil menghadap Diet of Worms, sebuah sidang umum otoritas sekuler yang diresmikan oleh Kaisar Charles V. Johann Eck, berbicara atas nama Kerajaan sebagai asisten Uskup Agung Trier, menampilkan Luther dengan salinan tulisan-tulisannya diletakkan di atas meja dan bertanya kepadanya apakah salinan-salinan itu milik Luther dan apakah ia tetap berpegang pada isinya. Luther mengkonfirmasikan bahwa ialah penciptanya, tetapi meminta waktu untuk menjawab pertanyaan kedua. Ia berdoa, berkonsultasi kepada kawan-kawan, dan memberi jawabannya keesokan harinya. Luther tetap pada keputusannya, dan menuntut agar diperlihatkan Alkitab di bagian mana yang membuktikan bahwa ia salah, dengan mengucapkan kalimat yang sangat terkenal:
"Kecuali kalau aku diyakinkan oleh Kitab Suci atau oleh alasan yang jelas (karena aku tidak percaya baik kepada paus maupun majelis saja, seperti diketahui bahwa mereka sering saling keliru dan bertentangan antara mereka sendiri), Aku terikat oleh Alkitab dan kesadaranku ditawan oleh Firman Tuhan. Aku tidak dapat dan tidak akan menarik apapun, karena tidaklah baik ataupun berhak melawan hati nurani. Semoga Tuhan menolong saya. Amin."
Namun kesalahan Martin Luther tidak ditemukan. Pada tanggal 8 mei 1521, majelis mengeluarkan Edict of Worms, yang melarang tulisan-tulisan Luther dan menyatakan bahwa ia adalah sesat. Kemudian kawan-kawan Luther menolongnya untuk sembunyi di Kastil Wartburg.  Friends helped him hide out at the Wartburg Castle. Saat di pengasingan, Luther menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman agar orang-orang awam memiliki kesempatan membaca Firman Tuhan.

Pada bulan mei 1522, meskipun Martin Luther masih di bawah ancaman penangkapan, ia kembali ke Gereja Kastil Wittenberg, di Eisnach. Ajaibnya ia mampu menghindari penangkapan dan memulai pengorganisasian gereja baru, Lutheran. Ia memperoleh banyak pengikut dan mendapatkan dukungan dari pangeran-pangeran Jerman. Ketika pemberontakan petani dimulai (tahun 1524), Luther mengecam para petani dan bergabung dengan para penguasa, dimana ia bergantung agar gerejanya tetap bertumbuh. Ribuan petani terbunuh, tetapi gereja Luther bertumbuh tahun demi tahun.




No comments:

Post a Comment