Pendahuluan Amsal (Amsal 1:1-7)
Amsal 1:1 Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel.
Pada
ayat pertama ini merupakan perkenalan nama pengarang kitab Amsal, di
mana perkenalan nama sering juga muncul pada kitab lainnya.
Amsal 1:2 untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna,
"Hikmat"
berarti ahli dalam pemahaman, keterampilan, dan piawai. Hikmat juga
termasuk keterampilan dalam kehidupan mengikuti peta dan teladan Allah
dan menghindari kejatuhan moral. Sementara
"didikan"
berarti perintah atau sarana penting menuju hikmat. Untuk menerima
didikan memerlukan jiwa yang rendah hati mau tunduk dan taat, mendengar
dengan seksama lalu menerimanya, mencintainya, menghargainya lebih
tinggi dari uang, dan menolak melepaskannya.
"Kata-kata yang bermakna"
berasal dari pengertian yang bermula dari mengetahui dan melihat
melalui pikiran, yang mana dapat kita pelajari dari kata-kata bermakna
yang ada dalam pengajaran Salomo dalam kitab Amsal ini. Kata-kata yang
bermakna ini juga dapat diartikan sebagai penilaian dan pemikiran yang
benar.
Amsal 1:3 untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran,"
Didikan yang menjadikan pandai" dalam terjemahan bahasa inggris
"teaching of insight"
yang dapat kita juga artikan menjadi "pendidikan pengertian". Maksud
yang ingin disampaikan adalah pendidikan pengenalan akan natur yang
benar dari suatu situasi dan keadaan sehingga menghasilkan pengertian
seperti: pandai dalam bersikap dan berpikiran sehat, serta mampu
mengambil keputusan yang tepat dalam banyak situasi.
"Kebenaran" dapat digambarkan sebagai suatu pola yang hendaknya menjadi pola yang kita pakai dalam hidup kita.
"Keadilan" akan tercipta ketika kebenaran dan kejujuran dilakukan.
Amsal
1:4 untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman,
dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.Ayat
ini ditujukan kepada orang yang berpikiran sederhana, contohnya seperti
orang yang tidak berpengalaman atau naif, mudah tertipu, mudah terayu,
dan mudah dicobai. Tetapi orang-orang ini merupakan orang yang paling
tidak merusak dan tidak berbahaya karena pikiran negatifnya, karena
mereka mempunyai kemampuan untuk memperbaiki atau memperbaharui diri dan
dapat bekerja sama dalam lingkungan yang bijak. Orang yang berpikiran
sederhana ini lebih baik daripada orang bodoh atau pencemooh, karena
mereka lebih dapat menerima didikan dengan harapan hikmat menjadi bagian
dari kecerdasan. "Kecerdasan" di sini
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan jawaban
dan kecerdasannya untuk mendapatkan suatu tujuan, dalam konteks takut
akan Allah, untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan, mampu
menimbang-nimbang sebelum memutuskan suatu keputusan dengan kepala
dingin. Suatu kecerdasan membutuhkan moral yang logis. Selain itu, ayat
ini juga ditujukan kepada orang-orang muda (belum dewasa) yang
membutuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang ada di dalam kitab Amsal.
Orang muda yang dimaksud di sini dimulai dari masa kanak-kanak
(berdasarkan kebudayaan orang Ibrani, anak-anak berusia 0-17 tahun,
orang muda berusia 17-30, dan orang tua berusia 30 ke atas). Pada masa
mudalah dimana berada di ambang kedewasaan sehingga penting baginya
untuk memperoleh pengetahuan yang bijak. "Kebijaksaan" adalah bagian dari kemampuan menjalankan kehidupan dengan cara yang konstruktif dan melepaskan diri dari jalan yang jahat.
Amsal 1:5 baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.
Ayat
ini ditujukan kepada orang yang bijak, berbeda dari kategori yang telah
kita perhatikan sebelumnya yaitu orang yang berpikiran sederhana atau
orang muda. Hati orang bijaksana tentunya sudah pasti mencintai Tuhan,
orang-orang bijaksana, dan pengajaran-Nya. Orang yang bijak bersifat
mudah diajar, mencari pengetahuan, dan menyimpannya. Ayat permulaan ini
mengingatkan pembaca bahwa bahkan orang yang lebih berpengalaman dapat
memperoleh keuntungan dari refleksi pengajaran yang diberikan, sehingga
dapat membangun dan meningkatkan struktur kehidupan yang telah dimiliki
oleh orang itu. Hikmat yang diperlukan dalam sehari-hari adalah
bijaksana dalam mendengar (Amsal 13:1), bijaksana dalam menasehati
(Amsal 12:5), dan bijaksana dalam menerima perintah (Amsal 10:8). Orang
bijak selalu berjalan dalam kebijaksanaan secara berkesinambungan dalam
hidupnya, dimana orang bijak ini selalu membagi-bagikan pengetahuannya
dan menjadi bak air terjun kehidupan yang mengaliri lingkungan
sekitarnya. Dari semua karakter ini bersumber dari takut akan Tuhan dan
meninggalkan yang jahat karena semua bijaksana bersumber dari Tuhan. "Bahan pertimbangan" dalam terjemahan bahasa inggris "guidance" bisa diartikan juga sebagai "arahan" atau " bimbingan".
Amsal 1:6 untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.
Orang
yang bijak dapat meningkatkan hikmat mereka dengan membaca tulisan
ayat-ayat dalam amsal ini. Hikmat yang dimaksud terdiri dari amsal,
ibarat, perkataan-perkataan bijak, dan teka-teki. "Amsal" banyak menggunakan persamaan dan metapora yang sulit dimengerti untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran yang penting. "Ibarat" berisi pepatah yang sarat dengan sindiran dan sarkasme. "Perkataan orang bijak" kemungkinan tidak mengarah kepada perkataan-perkataan biasa sebanyak seperti yang tertulis dalam kumpulan hikmat. "Teka-teki orang bijak"
berisikan misteri dan ambigu yang sulit dimengerti. Contoh teka-teki
ini terdapat dalam kitab Hakim-hakim 14:14 mengenai teka-teki di hari
perkawinan Simson.
Hakim
14:14 "Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan,
dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat
memberi jawab teka-teki itu."
Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Akhir
dari ayat pendahuluan Amsal ini adalah tujuan dan keistimewaan dari
keseluruhan kitab ini yaitu kebenaran yang paling dasar. Kalimat
"Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan"
mengakui bahwa tidak ada pengetahuan yang terpisah dari kelakuan dan
hubungan yang baik kepada Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan reaksi yang
sudah seharusnya diberikan kepada supremasi Tuhan dan kekudusan-Nya.
Takut akan Tuhan adalah dasar dari segala pengetahuan yang disebut juga
hikmat. Pengetahuan yang dimaksud adalah mengetahui bahwa tidak ada
pengetahuan akan kebenaran yang tanpa mengarah kepada Tuhan. Banyak
Amsal di pasal-pasal berikutnya berisi pengalaman, pengamatan, maupun
jawaban manusia sebagai dasar nasehat. Kata "takut" di sini menuntut
kelakuan yang baik dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu
"hormat". Dasar janji manusia untuk takut akan Tuhan adalah sepenuhnya
tunduk kepada-Nya dan sadar atas ketergantungannya kepada-Nya.
"Tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan",
orang-orang ini tentunya tidak mempunyai pengetahuan atau pemahaman
tentang apapun. Bahkan ada orang-orang pintar yang tidak peduli dan
bertentangan dengan Tuhan baik pada zaman dahulu maupun zaman modern
ini. Oleh karena itu mereka tidak dapat melihat gambaran yang lebih
besar mengenai siapa yang menciptakan dunia ini. Pengetahuan akan
kebenaran dimulai dari pengetahuan bahwa segala sesuatu diciptakan dan
ditopang oleh Tuhan dan Dialah yang memberikan pengetahuan baik melalui
wahyu maupun pengalaman, pengamatan, dan jawaban. Inilah yang disebut
dengan "Pendahuluan Pengetahuan". Amsal dan Alkitab merupakan satu
keseluruhan, jangan pernah mencoba membuktikan keberadaan Tuhan, dimana
lebih menghadirkan keberadaan Tuhan sebagai presuposisi yang nyata dalam
sejarah dan ciptaan. Secara lengkap ayat ini dapat kita lihat hubungan
antara hikmat dan menaati hukum Allah. Orang takut akan Allah akan
menaati hukum-Nya, yaitu hikmat.
Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang
sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan
nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga
refleksi hikmat ilahi.
Nasihat dan Peringatan (Amsal 1:8-19)
Amsal ini digambarkan sebagai orang tua yang
sedang menasihati anaknya. Kita sebagai anak diminta tanpa perkecualian untuk mendengarkan
nasihat-nasihat orang tua karena orang tua kita sendiri adalah juga
refleksi hikmat ilahi.
Amsal 1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu
Keterlibatan orang tua baik ayah maupun ibu dalam mendidik anaknya disebutkan pada ayat
ini. "Anakku, dengarkanlah didikan ayah",
kata 'dengarkanlah' dalam bahasa Ibraninya mempunyai arti lebih dari sekedar hanya mendengarkan; yaitu “patuh” atau
“disiplin”. Anak harus berkelakuan sesuai dengan didikan yang diberikan, bukan
hanya mempelajarinya mentah-mentah. Anak tidak boleh menyia-nyiakan ajaran ibu,
melainkan melaksanakannya, baik ajaran-ajaran umum maupun ajaran-ajaran lain yang
tidak ditujukan secara khusus ke hukum taurat.
Amsal 1:9 sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu
Ayat ini menggambarkan metafora perbandingan antara nasihat
orang tua dan perhiasan, dimana hikmat itu mengakibatkan bertambahnya
kekayaan.
Amsal 1:10-14 (10) Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut; (11) jikalau mereka berkata: "Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang
darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak
semena-mena; (12) biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur; (13) kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan; (14) buanglah undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian."
Ayat 10 adalah peringatan kepada sang anak untuk menjauhi
para pendosa terutama terhadap bujukannya. Bujukan di sini mengarah pada orang
yang tak berpengalaman, karena lebih mudahnya mereka terpengaruhi. Contohnya
adalah orang-orang yang berusaha untuk membuat kita untuk melakukan hal-hal
yang jahat di mata Tuhan. Bagi orang yang tidak berpengalaman akan lebih
terpengaruh ataupun menurut untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan.
Dalam Ayat 11 lebih jelas para pendosa ingin sang anak melakukan serangan yang
mematikan kepada orang-orang yang tak bersalah hanya untuk bersenang-senang
bahkan untuk keuntungan semata dengan mengorbankan orang lain (ayat 13 &
14).
Amsal 1:15-19 (15) Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka, (16) karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah. (17) Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap, (18) padahal mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri. (19) Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya.
Orang tua tidak ingin agar anaknya mengikuti jejak para pendosa yang menyia-nyiakan hidupnya yang akhirnya akan menghancurkan hidup mereka sendiri. Mereka berjalan pada jalan yang jahat untuk tujuan yang rendah dengan melakukan kekerasan dengan menumpahkan darah. Hal ini menuju kepada kesia-siaan dimana mereka akan memakan perangkapnya sendiri. Karena siapa yang mengejar keuntungan dengan kekerasan akan membunuh orang. Mencari keuntungan yang benar adalah dengan kejujuran dan kerja keras (dapat kita temukan dalam Amsal-amsal berikutnya)
Setelah Ayah
menasihati anak, berikutnya muncul seorang perempuan bernama Hikmat yang
menasihati orang-orang yang belum dewasa. Hikmat disini digambarkan
sebagai seorang perempuan (Woman Wisdom) yang
kompleks, yaitu sebagai penyair, pengkotbah, penasihat, pengajar, dan
pe-nubuat. Hikmat orang tua dan hikmat perempuan saling mendukung didikan
masing-masing.
Amsal
1:20-21 (20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di
lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (21) di atas
tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia
mengucapkan kata-katanya.
Hikmat (perempuan) adalah personifikasi hikmat Yahweh dan
berdiri untuk Tuhan sendiri. Ketika ia berbicara, dia mengumpulkan
relasi-relasi sekitarnya, mengingatkan kita tujuan kitab ini “takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan”. Tidak hikmat di luar hikmat (perempuan) ini. Dia
berteriak-teriak di jalan dan ruang umum, karena ia ingin membawa pesannya
kepada semua orang, tanpa rahasia dan terbuka untuk semua yang mendengar dan
merespon.
Amsal
1:22-25 (22) Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu
masih cinta
kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang
bebal benci kepada pengetahuan? (23) Berpalinglah kamu kepada teguranku!
Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan
isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh
karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu
mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,
Hikmat
menunjuk 3 macam orang bodoh: orang yang tidak
berpengalaman, pencemooh, dan orang bebal. Orang yang tidak
berpengalaman (orang yang naif dan belum dewasa) adalah orang yang
paling mudah dididik. Sedangkan orang-orang yang termasuk dalam
pencemooh adalah kumpulan orang yang paling sulit dididik, mereka telah
mendengarkan nasihat, namun malah mengkritik dan mempermalukan si
pemberi nasihat. Permasalahan utama dalam hikmat terhadap 3 macam orang
bodoh ini adalah 'pengabaian'. Hikmat telah hadir kepada mereka untuk
mengubah cara hidup mereka yang salah. Orang-orang bodoh ini telah
menerima anugerah yang luar biasa, tetapi sayangnya mereka menolaknya.
Amsal
1:26-31 (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan
berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila
kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda
kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa
kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak
akan kujawab,
mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29)
Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan
TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala
teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan
menjadi kenyang oleh rencana mereka.
Ayat-ayat ini adalah artikulasi kemarahan sang hikmat
(perempuan). Sang hikmat telah melakukan pendekatan kepada orang-orang, tetapi
mereka menolaknya. Karena mereka menolak nasihatnya untuk hidup di jalan
kehidupan yang dapat menghindarkan mereka dari masalah kehidupan, maka ketika
mereka mendapatinya, sang hikmat akan menertawakan dan mengolok-olok mereka.
Yang lebih buruk lagi, sang Hikmat orang bodoh yang menderita nantinya akan
memanggil-manggil dia, tetapi akan tidak dipedulikannya. Mereka akan mencari
hikmat, namun mereka tidak akan menemukannya. Karena sudah memliki
kesempatannya, namun disia-siakan hingga akhirnya mereka mendapat hadiah dari
ulah mereka sendiri.
Amsal
1:32-33 (32) Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh
keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. (33)
Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung
dari pada kedahsyatan malapetaka."
Adalah konklusi akhir dari nasib antara bodoh yang patuh dan
tidak patuh. Yang tidak patuh akan mati, sedangkan yang patuh akan memperoleh
hidup yang aman jauh dari masalah.
Sumber: Proverb - Tremper Longman III, The NIV Study Bible